Beijing, (ANTARA/PRNewswire)- Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden berbincang secara terbuka, serta saling bertukar pandangan secara mendalam di Filoli Estate, San Francisco, Rabu lalu. Pertemuan yang dinantikan banyak pihak ini berlangsung satu tahun setelah kedua presiden bertemu di Bali, Indonesia.


Dalam pertemuan ini, Presiden Xi mengajak kedua negara agar membangun lima pilar hubungan bilateral, serta mengusung sebuah visi baru yang digagas di San Francisco ke depan. Menurutnya, Tiongkok terus berkomitmen menjalin hubungan yang sehat dan berkelanjutan dengan AS. Di saat bersamaan, Tiongkok memiliki sejumlah kepentingan yang harus dilindungi, prinsip yang harus ditegakkan, serta batasan yang tidak boleh dilangkahi.


Tiongkok berharap, kedua negara dapat menjadi mitra yang saling menghormati dan berdampingan secara damai. Ekonom Amerika Jeffrey Sachs menilai, gagasan mengenai sikap saling menghormati, kerja sama, dialog, dan upaya memecahkan masalah secara bersama-sama merupakan "hal yang sangat bijaksana dan sangat vital," seperti dilaporkan Xinhua.


Seperti diketahui, kedua negara masih menghadapi beberapa persengketaan strategis. Maka, di pertemuan tersebut, Presiden Xi menggarisbawahi, kedua pihak harus mengatasi perselisihan secara efektif alih-alih menjadikannya jurang pemisah.


Bahkan, sebelumnya, ketika dan setelah Xi-Biden bertemu, kedua pihak telah mencapai sejumlah konsensus penting tentang isu-isu praktis, termasuk perubahan iklim, kecerdasan buatan, kerja sama pemberantasan narkotika, serta aktivitas pertukaran antarwarga.


Interaksi dan kerja sama Tiongkok-AS dalam isu-isu ini berperan penting dalam mempromosikan dialog dan pemahaman antara kedua pihak, serta mengurangi risiko konflik dan konfrontasi akibat kekeliruan dalam membuat pertimbangan.


Kerja sama Tiongkok-AS juga mencerminkan tanggung jawab terhadap komunitas internasional. Di pertemuan tersebut, Presiden Xi mendorong Tiongkok dan AS agar sama-sama mengembang tanggung jawab sebagai negara besar, serta mengemukakan bahwa berbagai masalah yang dihadapi umat manusia tidak dapat diatasi tanpa kerja sama yang terjalin antara negara-negara besar.


Menurut Joseph Nye, University Distinguished Service Professor, dan mantan Dekan Kennedy School of Government, Harvard University, kebijakan isolasi mustahil terjadi antara Tiongkok dan AS, sebab tidak satu pun negara yang mampu mengatasi perubahan iklim, ancaman pandemi, atau isu transnasional lain secara sendirian.


Tiongkok, negara berkembang terbesar, dan AS, negara maju terbesar, berperan vital menggerakkan pertumbuhan ekonomi dunia. Di sisi lain, sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, dan peserta penting dalam mekanisme tata kelola dunia, kedua negara juga sangat berperan dalam mengatasi tantangan global.


Dari Bali hingga San Francisco, hubungan Tiongkok-AS telah melalui banyak cobaan. Meski demikian, San Francisco bukanlah destinasi. Kota ini, sebagai saksi kerja sama antara rakyat Tiongkok dan Amerika selama satu abad, kini menjadi titik awal baru dalam hubungan China-AS.


https://news.cgtn.com/news/2023-11-16/San-Francisco-a-new-starter-for-China-U-S-relations-1oMtcW3ua1q/index.html

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023