Setiap orang harus menahan diri,"

Dar Es Salaam (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat pada Senin menyerukan semua pihak di Mesir untuk menahan diri dalam protes-protes massa yang menentang Presiden Mohammad Moursi, dan secara khusus memperingatkan serangan-serangan terhadap kaum wanita.

"Setiap orang harus menahan diri," kata Obama dalam jumpa pers di Tanzania.

Dia mengatakan "mereka yang turut serta dalam aksi-aksi protes atau pawai, menyerang kaum wanita bukan merupakan protes damai."

Oposisi Mesir Senin pagi memberi Presiden Moursi waktu sehari untuk mundur atau menghadapi pembangkangan sipil setelah aksi-aksi protes yang merenggut sejumlah korban menuntut presiden terpilih secara demokratis pertama di negeri itu untuk mundur setelah menjabat setahun.

"Kami memberi waktu pada Mohammad Moursi hingga pukul 05.00 sore pada Selasa 2 Juli untuk melepaskan jabatannya, sehingga memungkinkan lembaga negara lebih awal menyiapkan pemilihan presiden," kata pergerakan Tamarod dalam pernyataan di lamannya.

Sebaliknya, kata Tamarod, Selasa pukul 05.00 sore akan menjadi awal gerakan pembangkangan warga.

Tamarod adalah organisasi, yang berkampanye kepada masyarakat dengan mengumpulkan lebih dari 22 juta tanda tangan menyatakan ketidakpercayaan kepada Moursi.

Obama tidak mengambil sikap apakah saatnya bagi Moursi mundur tetapi menyerukan pemerintahannya mendekati oposisi dan bekerja melalui proses sah, dan memperhatikan aturan hukum.

"Apa yang jelas sekarang adalah walaupun Tuan Moursi terpilih secara demokratis, ada pekerjaan lagi harus dilaksanakan untuk menciptakan kondisi yang di dalamnya suara-suara mereka didengar," kata Obama.

Sementara itu dari Kairo, Panglima Angkatan Bersenjata Mesir Jenderal Abdel Fattah al-Sisi memberikan waktu kepada para politisi selama 48 jam pada Senin untuk menjawab tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh rakyat Mesir atau militer akan menawarkan "peta jalan bagi masa depan" yang dibuantnya sendiri.

Dalam satu pernyataan yang dibacakan dan disiarkan televisi, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi menyebut aksi-aksi protes massa pada Ahad yang menyerukan Presiden Moursi untuk mundur, suatu ekspresi dari keinginan rakyat "yang belum pernah terjadi".

Protes pada Ahad menunjukkan jutaan orang turun ke jalan menuntut pengunduran diri Presiden Moursi di ulang tahun pertama menjabat presiden Mesir.

Ketika Morsi bersikukuh dan keras mempertahankan jabatannya maka jalan keluar dari krisis politik yang terjadi adalah dialog, panggilan untuk intervensi militer meningkat.

Pemimpin oposisi Hamdeen Sabbahi menyerukan adanya intervensi angkatan bersenjata jika Moursi menolak meletakkan jabatannya.

"Angkatan bersenjata harus bertindak karena mereka selalu berada di sisi rakyat yang telah dinyatakan kehendaknya," kata Sabbahi yang menempati urutan ketiga pada pemilu presiden Mesir tahun 2012.

Sabbahi menambahkan hasil terbaik akan tercapai apabila Moursi pergi dengan sukarela.

Namun juru bciara Presiden Morsi, Ehab Fahmy mengatakan kepada wartawan bahwa dialog adalah satu-satunya cara untuk mencapai suatu pemahaman. Menurut Fahmy, kepresidenan sangat terbuka dan serius untuk melakukan dialog nasional.

Lima orang tekah tewas ketika bentrokan terjadi pada Minggu dan beberapa orang meninggal akibat luka-luka pada tengah malam, kata pejabat Kementerian Kesehatan Mesir.

Beberapa pengunjuk rasa menyerang markas besar Ikhwanul Muslimin di Kairo yang merupakan organisasi asal Presiden Moursi.

Tayangan televisi telah menunjukkan gedung itu terbakar karena dilempari bom api dan batu.

Pendukung Ikhwanul Muslimin menembakkan peluru dalam upaya mengusir para penyerang, kata wartawan AFP. Lalu senjata otomatis terdengar di sekitar gedung.

(M016)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013