Kenaikan harga BBM juga belum terlalu signifikan dampaknya pada inflasi

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, Senin sore, bergerak menguat sebesar empat poin menyusul penilaian pelaku pasar uang terhadap inflasi Juni 2012 masih sesuai dengan ekspektasi.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, sore ini, bergerak menguat sebesar empat poin menjadi Rp9.940 dari posisi sebelumnya Rp9.944 per dolar AS.

"Secara historis inflasi pada bulan Juni memang akan tinggi, namun inflasi Juni 2013 yang sebesar 1,03 persen masih dinilai stabil dan sesuai dengan ekspektasi," ujar pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova, di Jakarta.

Ia mengemukakan bahwa inflasi Juni tahun ini yang menjadi 5,9 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun 2012 juga masih sesuai dengan ekspektasi sehingga diperkirakan belum ada kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate).

Ruly meyakini masih ada ruang penguatan lebih lanjut bagi rupiah terhadap dolar AS. Investor juga akan melihat sentimen lainnya, yakni salah satunya dari ekonomi Indonesia yang masih dapat tumbuh positif di tengah kondisi global yang bergejolak.

"Kenaikan harga BBM juga belum terlalu signifikan dampaknya pada inflasi," ucapnya. Yang perlu diwaspadai di pasar uang, menurut dia, adalah sentimen negatif dari eksternal yang belum reda.

"Pergerakan rupiah terhadap dolar AS tetap masih mempertimbangkan kondisi eksternal, seperti The Fed yang belum ada kepastian untuk melanjutkan program stimulus keuangannya dan kondisi Eropa yang masih membaik," kata dia.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin ini, tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp9.934 dibanding sebelumnya (28/6) di posisi Rp9.929 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013