Yang pelu kita jaga adalah `second round`nya (kelanjutannya)..."

Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) meyakini masih ada ruang untuk rupiah kembali menguat pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

"Kalau nanti masalah kenaikan BBM itu berdampak besar terhadap pengurangan kebutuhan energi, berarti masih ada ruang untuk rupiah agar menguat," kata Asisten Gubernur BI, Hendar, usai menjalani uji kelayakan dan kepatutan calon Deputi Gubernur BI di DPR, Jakarta, Senin.

Hendar juga meyakini investor tidak akan hanya melihat satu sisi, yakni inflasi yang diakibatkan oleh kenaikan BBM menjelang Ramadhan, tetapi kemungkinan rupiah menguat tersebut.

"Kenaikan BBM juga belum terlalu berdampak pada inflasi karena basisnya berbeda," ucapnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Juni 2013 tercatat sebesar 1,03 persen, meningkat dibandingkan inflasi Juni 2012 yang hanya mencapai 0,62 persen, Juni 2011 0,55 persen, Juni 2010 0,97 persen dan Juni 2009 0,11 persen.

Besarnya inflasi tersebut disumbang komponen inflasi umum sebesar 1,03 persen dan inflasi inti sebesar 0,32 persen.

Karena itu, dia mengimbau pemerintah dan semua otoritas keuangan untuk mengatur respon yang tepat kepada masyarakat agar kekhawatiran akan kenaikan biaya transportasi dapat mereda.

"Yang pelu kita jaga adalah `second round`nya (kelanjutannya), karena tahun-tahun kemarin dampaknya tidak sampai begitu. Tiga bulan saja sudah kembali membaik," ujarnya.

Hendar juga mengatakan inflasi tidak akan kembali naik karena pengaruh musiman Ramadhan.

"Otoritas, termasuk BI dan pemerintah, harus menjaga ekspektasi pasokan barang hingga akhir ramadhan agar tetap memberikan kepercayaan dan respon yang pas kepada pasar terkait dampak kenaikan BBM," tukasnya.

Dia menjelaskan inflasi juga tidak hanya dipengaruhi pasar domestik, tetapi juga pasar kawasan dan global.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013