JAKARTA (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia meminta perwakilan MUI di Aceh untuk berdialog dan mencari solusi agar masyarakat dan otoritas di Aceh dapat mengizinkan pendaratan kapal yang mengangkut imigran Rohingya ke wilayah setempat sebagai bentuk kemanusiaan.
Ketua MUI Bidang Kerja Sama dan Hubungan Luar Negeri Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan apabila terjadi pembiaran terhadap pengungsi Rohingnya akan berdampak pada stigma Pemerintah Indonesia mengabaikan rasa kemanusiaan.
"Perwakilan MUI di Aceh, di Sumatera Utara, ini bisa melakukan dialog dengan pemerintah setempat atau juga mengajak masyarakat lintas agama untuk membahas masalah ini secara lebih mendalam sehingga jangan sampai terbiarkan kalau terbiarkan akhirnya pemerintah juga akan disalahkan," katanya setelah Rapat Paripurna Dewan Pimpinan MUI Tahun 2023 di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan pengungsi Rohingnya hanya memerlukan tempat aman, sedangkan Indonesia dinilai sebagai tempat aman dan damai.
"Bagi pengungsi ingin cari tempat yang aman ya mereka tahu Indonesia itu tempat yang aman dan damai," ujarnya.
Namun, dia menekankan bahwa Indonesia bukan negara pemberi suaka politik.
Baca juga: Menlu Retno dorong solusi politik untuk tangani isu Rohingnya
Ia menilai kehadiran United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) untuk membantu secepatnya menyelesaikan masalah pengungsi Rohingnya.
"PBB, UNHCR, harusnya segera jangan membiarkan soal pengungsi Rohignya di Aceh atau di beberapa tempat berlama-lama. Hal ini harus segera diselesaikan dengan mengirim para pengungsi ke negara pemberi suaka politik yang terdekat ada di Australia dan Kanada," ujarnya.
Sebelumnya, kedatangan gelombang ketiga imigran Rohingya selama November 2023 ke pesisir Aceh mendapat penolakan masyarakat, meski dua kapal sebelumnya sudah diterima oleh Pemerintah Kabupaten Pidie.
Selama tiga hari terakhir, Aceh telah didatangi ratusan pengungsi Rohingya. Pertama pada Selasa (14/11) di pesisir pantai Gampong Blang Raya Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie 200 orang, enam di antaranya melarikan diri.
Pada Rabu (15/11) sebanyak 147 imigran Rohingya mendarat di kawasan Pantai Beurandeh Kecamatan Batee, Kabupaten Pidie, dan ditampung sementara di tempat itu.
Pada Kamis (16/11) Aceh kedatangan kapal imigran Rohingya di kawasan pesisir Jangka Kabupaten Bireuen. Namun, mereka mendapat penolakan warga setempat.
Oleh karena mendapatkan penolakan masyarakat Bireuen, kapal yang mengangkut 249 imigran Rohingya itu mendarat di wilayah Kabupaten Aceh Utara. Tetapi kemudian, setelah diberikan makan dan pakaian, mereka didorong kembali ke lautan.
Baca juga: 21 warga etnis Rohingnya terdampar di Pantai Aceh Barat Daya
Baca juga: PBB serukan aksi bersama di kawasan untuk lindungi pengungsi Rohingya
Baca juga: Malaysia bergerak bersama ASEAN atasi pengungsi Rohingnya
Pewarta: Erlangga Bregas Prakoso
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023