Cape Town (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengunjungi bekas pulau penjara di lepas pantai Afrika Selatan Minggu untuk menghormati pahlawan antiapartheid yang sedang sakit Nelson Mandela dan bersiap melakukan pidato untuk mendesak rakyat Afrika agar berjuang menuju kemakmuran dan demokrasi.


Obama dijadwalkan akan mengenang warisan Mandela, yang dipenjara di Robben Island selama 18 tahun dari 27 tahun yang dihabiskannya sebelum menjadi presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan, dalam sebuah pidato di Universitas Cape Town esok harinya, lapor Reuters.


Presiden Afrika Selatan yang masih menjabat Jacob Zuma juga ditahan di pulau yang disapu angin lepas pantai Cape Town di bawah rezim apartheid yang berakhir pada 1994 dengan kemenangan pemilu Mandela.


Sejumlah pemrotes berkumpul di luar Universtias Cape Town menjelang pidato Obama, membawa spanduk menyerang kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang menyebut "Obama pembunuh massal" dan "Akhiri perang pesawat tak berawak sekarang".


Kesehatan Mandela di usia 94 tahun yang menurun melatari suasana sedih selama lawatan Afrika delapan hari Obama. Pemerintah Afrika Selatan mengatakan kondisinya "kritis tapi stabil."


Obama bertemu dengan sanak saudara Mandela di Johannesburg pada Sabtu untuk menyampaikan dukungan namun tidak secara langsung mengunjungi mantan presiden yang rapuh di rumah sakit dimana dia dalam perawatan selama tiga minggu.


Pemimpin AS itu melukiskan Mandela sebagai "tokoh pribadi" dan telah mengingatkan audiens di Afrika dalam beberapa hari belakangan bahwa aktivitas politik pertamanya adalah untuk mendesak koleganya dari AS agar mendivestasi sendiri investasi dari Afrika Selatan untuk memprotes apartheid.


Di Robben Island, Obama akan sekali lagi mengunjungi sel Mandela di bekas koloni orang-orang hukuman, mengulangi lagi kunjungan sebelumnya yang dilakukannya sebagai senator AS pada 2006.


Kali ini dia bersama dengan istri dan anak-anaknya.


Penunjuk tur mereka adalah mantan penghuni berusia 83 tahun dan aktivis antiapartheid Ahmed Katharada.


Dalam pidatonya di universitas tersebut, Obama akan menengok kembali pidato politisi AS Robert Kennedy yang disampaikan di Cape Town pada 1966 membandingkan perjuangan untuk mengalahkan apartheid dengan gerakan hak-hak sipil AS.


Senator Kennedy, adik presiden AS John Kennedy, dibunuh ketika mencalonkan diri sebagai presiden pada 1968.



Perjuangan Demi Demokrasi, Kemakmuran


Obama, yang menjadi figur historis sebagai presiden Amerika pertama keturunan Afrika, diharapkan akan mengingatkan audiens muda di universitas tersebut bahwa Mandela dan mereka dalam pergerakan hak-hak sipil AS bertekad melawan hambatan mengkhawatirkan dalam mewujudkan perubahan sosial yang kebanyakan orang pikir tidak mungkin.


Presiden AS kemudian akan menantang audiensnya agar jangan puas dengan kemajuan tersebut tetapi terus maju bertempur untuk mengentaskan orang-orang Afrika dari kemiskinan, memerangi korupsi pemerintah dan memperbaiki standar kesehatan dan hidup di benua tersebut.


Dia juga akan fokus pada pemulihan kembali hubungan spesial AS dengan Afrika dengan menegaskan niat AS untuk melangkah melampaui sekedar donatur menuju kemitraan ekonomi lebih besar.


Pidato tersebut muncul di tengah-tengah lawatan Afrika yang telah membawa Obama ke Senegal dan Afrika Selatan dan akan berakhir Senin dan Selasa di Tanzania.


Obama berusaha menggunakan lawatannya untuk menegaskan potensi Afrika sebagai mitra bisnis bagi Amerika Serikat dan untuk mengalahkan persepsi bahwa dia telah mengabaikan benua tersebut.


Banyak orang Afrika kecewa bahwa meskipun nenek moyang presiden AS berasal dari Afrika - ayahnya orang Kenya - satu-satunya kunjungan ke benua tersebut sebelumnya selama menjabat adalah ke Ghana pada 2009.


Presiden Obama akan menyingkap inisiatif AS senilai 7 miliar dolar untuk menggandakan akses energi listrik di benua dimana hanya satu dari tiga orang mendapat listrik.


Sedangkan di Cape Town, Obama juga akan mengunjungni pusat kesehatan untuk menyoroti upaya AS memerangi HIV/AIDS di benua tersebut, yang telah menyumbang hingga 32 persen penurunan jumlah kematian terkait AIDS di Sub-Sahara Afrika dari 2005-2011. (K004)

Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013