"Bila dilihat dari sejarah, banyak sekali terjadi tsunami besar, seperti halnya Yogyakarta pada tahun 1867 pernah terjadi, Pangandaran, Ciamis pada tahun 1921 juga pernah terjadi dan Maluku pada Tahun 1857, bahkan gempa dan tsunami di Maluku itu hing
Bandung (ANTARA News) - Pakar gempa dan tsunami dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Dr Danny Hilman Natawidjadja, mengemukakan sebagian besar pantai di Indonesia sangat rawan terjadi gempa dan tsunami. "Gempa dan tsunami bisa terjadi dari mulai Sumatera, Jawa, Maluku hingga Irian Jaya," katanya kepada pers di Bandung, Rabu. Dikatakan, bila dilihat dari sejarah, banyak sekali terjadi tsunami besar, seperti halnya Yogyakarta pada tahun 1867 pernah terjadi, Pangandaran, Ciamis pada tahun 1921 juga pernah terjadi dan Maluku pada Tahun 1857, bahkan gempa dan tsunami di Maluku itu hingga mencapai Bali. "Memang kepulauan Indonesia itu rawan bencana dan saat ini yang harus mendapatkan perhatian serius adalah daerah Mentawai, Sumatera Barat karena sudah terbukti secara ilmiah, bahwa akan berpotensi terjadi gempa dan tsunami dalam waktu dekat ini," paparnya. Menurut dia, pihaknya akan mempelajari gempa dan tsunami yang terjadi di daerah Pangandaran, Ciamis dan bisa memperkirakan berapa lama lagi akan terjadi gempa dan tsunami pada masa yang akan datang dengan cara melakukan penelitian secara serius. Ketika ditanya, mengapa di Sumatera lebih rawan dibandingkan Jawa, kata dia, karena posisi Jawa lebih tinggi dari Sumatera dan daerah Jawa potensi gempanya lebih rendah. Danny mengatakan, pelajaran yang bisa diambil dengan adanya gempa dan tsunami di Pangandaran, pemerintah lebih serius dalam melakukan mitigasi di masa depan karena saat ini pemerintah hanya melihat apa yang akan dilakukan setelah bencana terjadi dan bagaimana mengatasi korban yang ada. "Belakangan ini pemerintah sangat sedikit sekali membicarakan, bagaimana mendeteksi gempa dan tsunami ke depannya. Padahal potensi gempa yang disusul tsunami di Indonesia cukup besar dan seringkali setelah kejadian banyak menelan korban manusia," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006