Jakarta (ANTARA) - Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Balai Mutu Penjaminan Pendidikan (BPMP) Sumatera Selatan (Sumsel) menerapkan pembelajaran tentang lingkungan hidup lewat Kurikulum Merdeka untuk siswa SD.

“YKAN membuat video animasi sebagai konten referensi pembelajaran menggunakan bahasa lokal, Melayu Ogan. Ilustrasi permukiman dan lingkungan alam dibuat semirip mungkin dengan yang ada di sekitar tempat tinggal para murid agar para siswa merasa semakin terhubung dengan pesan yang disampaikan,” kata Manajer Senior Ketahanan Pesisir YKAN Mariski Nirwan di Jakarta, Jumat.

Hal itu dilakukan, kata dia, guna memudahkan proses penyampaian dari guru kepada murid. Menurutnya, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Kurikulum Merdeka memberi kebebasan kepada guru dan sekolah untuk mengajak murid belajar tentang lingkungan alam di sekitar mereka, sekaligus membuat proyek skala kecil untuk menyelesaikan masalah di sekitarnya.

YKAN memfokuskan implementasi Modul P5 Kurikulum Merdeka tentang ekosistem mangrove di OKI pada SDN 1 Sungai Lumpur, yang 12 guru dari sembilan sekolah dasar (SD).

Peserta menerima pembekalan tentang Kurikulum Merdeka, pengenalan ekosistem mangrove di pesisir OKI, diskusi implementasi Modul P5 dengan guru penggerak, hingga teknis cara mengimplementasikan modul P5 kepada para siswa di dalam kelas.

"Saya sangat setuju modul ini diimplementasikan di sini. Walau murid-murid tinggal di sekitar mangrove, tapi mereka masih banyak yang belum tahu arti penting mangrove," kata Lidya, guru SDN 1 Sungai Lumpur.

Baca juga: Forum DAS Sumsel ingatkan jaga kawasan magrove di OKI dan Banyuasin

Berdasarkan riset YKAN pada tahun 2023, Desa Sungai Lumpur memiliki ekosistem pesisir terpanjang di Sumsel dan didominasi hutan mangrove dengan luas 40.020 hektare. Masyarakat sekitar juga menggantungkan sebagian besar sumber penghidupannya dari alam, misalnya dari hasil laut maupun bentang pesisir yang mereka olah menjadi tambak.

Namun berdasarkan hasil kajian yang dilakukan YKAN pada 2022, jumlah hutan mangrove di Pesisir OKI telah berkurang hingga lebih dari 8.000 hektare dalam tiga dekade terakhir, salah satunya disebabkan oleh alih fungsi lahan mangrove di kawasan hutan lindung menjadi tambak.

Oleh karena itu YKAN melalui Program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) berupaya memperkenalkan strategi konservasi terpadu yang berkelanjutan untuk menjaga hutan mangrove pesisir OKI yang tersisa.

Asesor atau Widyaprada Ahli Madya BPMP Sumsel, Kardinal, menyampaikan model kemitraan yang dilakukan oleh YKAN bersama para pemangku kepentingan bidang pendidikan di pesisir OKI ini dapat menjadi contoh yang dapat direplikasi pada berbagai konteks lainnya.

"Ada berbagai persoalan di sekitar sekolah yang penyelesaiannya dapat dimulai dari hal kecil, salah satunya melalui proyek dari skema P5 kurikulum merdeka ini," katanya.

Modul P5 tentang ekosistem mangrove ini akan mulai diimplementasikan secara terbatas di sejumlah sekolah di pesisir OKI pada semester I tahun 2024. Dalam periode tersebut, YKAN dan para mitra pendidikan akan bekerja sama dengan pengawas sekolah untuk memantau dan mengevaluasi penerapan modul.

Baca juga: Rehabilitasi hutan mangrove di Sumsel butuh peran swasta

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023