... kita sendiri yang menganggap budaya kolot, sehingga kita sendiri yang telah membunuh budaya sendiri... "
Bengkulu (ANTARA News) - Budayawan nasional, Irman Syah, mengungkapkan, pemudaran budaya asli Indonesia yang berupa budaya daerah disebabkan rakyat Indonesia sendiri yang mulai berusaha meninggalkannya.

"Di saat zaman modernisasi sekarang ini kita sendiri yang menganggap budaya kolot, sehingga kita sendiri yang telah membunuh budaya sendiri," kata dia, di Bengkulu, Minggu.

Lebih lanjut dia mengatakan budaya asli Indoesia mulai bergeser ketika masyarakat mulai menganggap modernitas sebagai suatu budaya yang sempurna.

"Ketika modern telah mengglobal, membuat tradisi menjadi malu menunjukkan dirinya sehingga kebudayaan menjadi menghilang dan ketika kita mulai menggali kebudayaan ketika itu kita temui kebudayaan telah dibunuh oleh modernisasi," katanya.

Pemudaran adat ketimuran yang selalu diajarkan budaya-budaya yang ada di Indonesia menurut dia menjadi salah satu faktor utama yang menempa sikap mental buruk masyarakat kurun waktu belakangan ini.

"Saat ini orang lebih sibuk di jejaring sosial, selalu memperhatikan teman-temannya di jejaring, tetapi teman yang berada di sampingnya sedang sakit dia tidak tahu," katanya.


Dan saat ini bapak dan anak, kakek dan cucu, adik dan kakak itu berteman di jejaring sosial, yang mengakibatkan bahasa di antara mereka tidak lagi memperhatikan tata krama berbahasa.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, bahasa di jejaring sosial merupakan bahasa yang tidak mengenal tingkatan umur.

"Jadi mereka di jejaring itu berbahasa mendatar, tidak ada lagi bahasa mendaki untuk berkomunikasi dengan yang lebih tua, dan bahasa menurun ke yang lebih muda, sehingga hormat kepada bapak jadi hilang dan santun ke anak jadi tidak ada," katanya.

Dia menjelaskan, penghilangan rasa hormat dan santun mengakibatkan banyaknya tindak asusila yang bahkan terjadi dalam satu keluarga sedarah.

"Kita bisa lihat di berita ada bapak yang tega menodai anak gadisnya sendiri, seperti itu juga ibu dan anak laki-lakinya," kata dia.

Oleh sebab itu dia berharap agar masyarakat menjaga etika berbahasa serta kembali menerapkan norma-norma yang dituangkan dalam budaya, karena zaman modernisasi tidak bisa dihindari.

Bahasa dan budaya akan menjadi pedoman kuat agar hidup menjadi bermartabat serta bermoral sehingga tercipta masyarakat madani yang jauh dari perilaku buruk.

Dia juga berharap agar pemerintah, masyarakat beserta kalangan penggiat seni berupanya membuat budaya menjadi lebih menarik agar anak-anak memiliki ketertarikan untuk mengenal dan memahami budaya.

(T013/Y006)

Pewarta: Boyke LW dan T Subagyo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013