Perundingan itu akan diselenggarakan kendatipun bulan puasa di mana para peserta yang beragama Islam harus berpuasa, kata Ghadzali Jaafar, wakil ketua Front Pembebasan Islam Moro (MILF).
"Karena itu adalah sangat penting, kedua pihak memutuskan akan menyelenggarakan perundingan walaupun pada bulan Ramadan," katanya kepada AFP.
Perundingan itu mungkin akan diselenggarakan selama lima hari, tambahnya.
Para perundingan pemerintah tidak dapat dihubungi untuk diminta komentar. Akan tetapi awal bulan ini, para anggota tim perundingan perdamaian pemerintah mengatakan mereka mengharapkan akan memulai kembali perundingan dengan MILF awal Juli.
Pemerintah mengharapkan untuk memulai perundingan bagi satu penyelesaian damai yang terhenti dalam beberapa bulan belakangan ini.
Perundingan-perundingan, yang dimulai tahun 1997, bertujuan untuk mewujudkan satu wilayah otonomi bagi minoritas Muslim di Mindanao sepertiga dari negara yang berpenduduk 100 juta jiwa sebagian besar beragama Katolik.
Kedua pihak menandatangani satu perjanjian sementara Oktober tahun lalu yang menggariskan ketentuan-ketentuan luas bagi satu perjanjian perdamaian yang akan ditandatangani tahun 2016, sebelum Presiden Benigno Aquino mengakhiri masa jabatannya.
Akan tetapi, kedua pihak sejak itu mengakui kesulitan dalam membahas rincian mengenai masalah-masalah penting seperti pembagian kekayaan dan kekuasaan dalam wilayah otonomi yang diusulkan serta perlucutan senjata dan demobilisasi MILF.
MILF yang memiliki 12.000 anggota melakuan perang gerilyawan bagi satu negara Islam terpisah di Filipina selatan sejak tahun 1970-an yang menewaskan sekitar 150,000 orang.
Kelompok itu kemudian menyetujui gencatan senjata untuk merundingkan bagi otomoni. Walaupun terjadi bentrokan senjata sporadis sejak itu, gencatan senjata sebagian besar ditaati.
Malaysia menjadi tuan rumah perundingan-perundingan perdamaian antara MILF dan pemerintah Filipina sejak tahun 2001. Malaysia juga mengirim pasukannya untuk memimpin missi perdamaian internasional memantau gencatan senjata antara kedua pihak.
(H-RN)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013