Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova menyatakan penguatan Rupiah akibat data pengangguran Amerika Serikat (AS) yang meningkat 13 ribu menjadi 231 ribu dari perkiraan 220 ribu.
“Nilai tukar Rupiah hari ini diprediksi menguat terhadap dolar AS pada kisaran Rp15.490-Rp15.540 per dolar AS, dipengaruhi oleh faktor eksternal yakni angka pengangguran Amerika yang naik,” kata dia ketika dihubungi Antara, Jakarta, Jumat.
Nilai tukar (kurs) Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi menguat sebesar 0,15 persen atau 24 poin menjadi Rp15.531 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.555 per dolar AS.
Dia juga melihat ada sentimen dari pertemuan antara Presiden China Xi Jinping dengan Presiden AS Joe Biden yang memberikan hasil positif.
Baca juga: Rupiah pada Jumat pagi menguat jadi Rp15.531 per dolar AS
"Salah satu dari pertemuan tersebut adalah peluang untuk mengurangi sanksi AS terhadap ekspor dan investasi China yang ke depan akan berefek pada peningkatan volume perdagangan global," ungkap Rully.
Namun, selama pekan ini, data-data ekonomi AS yang memburuk, peringkat utang (credit rating) AS oleh Moody’s dari stabil menjadi negatif, dan perkiraan ekonomi AS yang melambat menandai era Paman Sam masuk periode soft landing.
Melihat sentimen domestik, belum ada terbaru selain neraca perdagangan Indonesia yang kembali surplus ke-42 kali beruntun.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia pada Oktober 2023 mengalami surplus 3,48 miliar dolar AS, atau berada dalam kondisi surplus selama 42 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus perdagangan Oktober 2023 tercatat naik 0,07 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada September 2023 (month to month/mtm), namun turun 2,12 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun 2022 (year on year/yoy).
Baca juga: Rupiah melemah karena data penjualan ritel AS kuat
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023