...'don`t touch me!'
Jakarta (ANTARA News) - Bintang yang ditunggu-tunggu datang. Diego Armando Maradona, salah satu pesepakbola terbaik hingga abad ini menjejakkan kakinya di rumput Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu sore.
Ratusan anak-anak yang sudah melakukan pemanasan untuk coaching clinic bersama Maradona langsung menyerbu mantan pesepak bola legendaris Argentina tersebut. Mengerumuninya. Berharap bisa menggapai "si tangan Tuhan" itu.
Maradona, tampak begitu rapi mengenakan kemeja hitam, tak lupa asesoris anting di telinga kanan kirinya. Bukan Maradona yang mengenakan kostum khas garis biru putih kebanggaannya saat ia membawa Argentina menjadi juara Piala Dunia 1986. Tidak tampak sedikit pun dari penampilannya menandakan kostum untuk memberikan coaching clinic.
Maradona, sedikit mengangkat kepalanya, berjalan menembus kerumunan diiringi sorak sorai penggemarnya. Ia lalu naik ke panggung.
Ia melambaikan tangan ke kerumunan anak-anak dari sisi lapangan lalu ke sisi tribun.
"Saya senang bisa ke sini. Melihat kalian. Saya juga dulu main bola sejak kecil seperti kalian," kata Maradona.
Maradona lalu berpesan, "Untuk menjadi pemain bola profesional itu tidak instan. Tidak cuma berlatih sehari dan besok. Tetapi harus kerja keras."
Ia kembali menegaskan agar anak-anak berlatih dengan disiplin. "Saya harap masa depan bola Indonesia bisa lebih baik."
Gemuruh tepuk tangan pun menyeruak. Maradona sumringah. Ia lalu melambaikan tangan lagi, ke sisi lapangan, ke sisi tribun, suka-suka dia.
Maradona lalu meraih bola, menendangnya ke lapangan. Ia lalu berbalik, mengambil bola lagi kemudian menandatanganinya, melempar tendangan ke arah tribun. Berkali-kali hingga cukup suasana riuh, berharap mendapat bola bertandatangan sang legendaris.
Setelah itu, Maradona bersiap turun ke panggung. Anak-anak yang telah menanti untuk mencicipi wejangan dari mantan pelatih timnas Argentina itu pun tampak sumringah. Tetapi, Maradona lewat begitu saja, sambil melambaikan tangan.
Anak-anak melihatnya, bingung. Maradona lalu masuk ke mobil dan pergi. Acara coaching clinic bersama mantan bintang yang membawa Argentina menjadi juara Piala Dunia 1986 itu pupus sudah. Kekecewaan menyelimuti GBK sore itu.
Maradona `ngambek`, fans kecewa
Sepanjang karier mantan pesepak bola berusia 52 tahun itu sejak memulainya pada usia 10 tahun, Maradona memang cukup kontroversial.
Maradona berkali-kali kedapatan mengkonsumsi kokain dan doping. Bahkan saat tampil di Piala Dunia 1994, ia didepak lalu dilarang bermain karena kedapatan menggunakan doping.
Pada kedatangan perdananya ke Indonesia, Maradona pun `berulah`. Ia sudah `ngambek` tak lama tiba di Indonesia dan merombak keseluruhan agenda yang menurut panitia sudah dirancang sejak dua bulan lalu.
Maradona dijadwalkan menggelar jumpa pers setelah tiba di Indonesia tadi pagi. Namun legenda hidup Argentina itu ngambek yang berakibat sejumlah acara yang telah disiapkan untuknya batal.
Ketua Badan Sepakbola Rakyat Indonesia (BASRI) Eddy Sofyan mengatakan Maradona mengalami bad mood.
"Maradona sedikit marah saat ada seseorang yang mencoba memegang tangannya untuk bersalaman. Dia bilang 'don`t touch me!' Maradona lalu banting pintu dan langsung masuk mobil," kata Eddy.
Diego akhirnya memutuskan membatalkan beberapa acara yang telah dipersiapkan oleh panita. Awalnya, El Diego datang ke Indonesia untuk berkunjung ke empat kota, yakni Jakarta, Surabaya, Makasar dan Medan untuk memberikan coaching clinic. Namun kunjungannya ke Makasar sudah dipastikan batal.
Dan peserta coaching clinic di Jakarta pun hanya bisa gigit jari saat Maradona hanya memberikan lambaian tangannya.
Penyelenggara perhelatan Maradona di Indonesia, Isran Noor, mengatakan Maradona sedikit khawatir dengan masalah keamanan.
"Modelnya dia memang seperti itu, jadi harus dipahami. Dia sedang capek sehingga hanya mau tampil saja. Dia khawatir soal keamanan," tutur Isran.
Isran sendiri tak begitu menanggapi saat ditanya nasib peserta coaching clinic yang sudah rela merogoh kocek hingga jutaan rupiah.
Semua Kecewa
Salah satunya, Eva Cindy, yang harus membayar Rp1 juta demi anaknya, Sebastian, bisa mengikuti coaching clinic bersama Maradona. Ia datang jauh-jauh dari Manado dan harus pulang dengan kecewa.
"Jelas sangat kecewa. Tujuan kami ke sini untuk ikut coaching clinic dengan Maradona. Saya kecewa dengan panitia," kata Eva.
Eva menunjukkan brosur penawaran dari panitia. Tertera di situ, penawaran program "Diego Maradona" antara lain, biaya tango football Rp250 ribu, coaching clinic Rp1 juta, seminar Rp5 juta, gala dinner Rp10 juta. Peserta juga dijanjikan mendapat kaos, sertifikat, dan foto bersama Maradona.
"Tadi peserta coaching clinic disuruh duduk di tribun, saat Maradona pergi anak-anak baru dipanggil. Panitia bilang nanti akan foto diluar, ternyata enggak. Padahal janjiinya bisa foto dan dapat sertifikat segala. Harusnya panitia kan juga tegas, anak-anak sudah bayar, nanti kecewa," tutur Eva yang berencana menuntut balik uangnya kepada panitia.
Sementara itu, anggota coaching clinic lain Hengky Fauzi dari sekolah bola Boca mengaku kecewa karena gagal dilatih dengan idolanya.
"Jadi tidak semangat karena mikirnya Maradona bakal melatih, foto bareng. Ternyata pergi begitu saja," ujar siswa berusia 2 SMA itu.
Begitu juga Ade Irma, ibu dari Fidel Ra`uf. Fidel mendapat kesempatan menjadi peserta karena ia dan timnya berhasil meraih juara dua turnamen Piala Senayan Basri U-10.
"Perjanjiannya Maradona kasih hadiah dan piala, lalu salaman dan foto sama anak-anak. Makanya kami semangat, dia kan legenda. Tetapi Maradona-nya mana? Masa kaya gitu doang?"
Akhirnya, ratusan anak-anak yang sudah bersemangat mengikuti coaching clinic tampak lesu. Bahkan sebagian di antaranya langsung pulang.
Oleh Monalisa
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013