jangan menggunakan kalimat 'berobat ke dokter jiwa
Jakarta (ANTARA) - Direktur Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit Nikensari Koesrindartia mengatakan perlunya menggunakan pendekatan halus untuk mengajak anggota keluarga atau teman yang diduga mengalami gangguan mental untuk berobat.
"Boleh mengajak ke fasilitas kesehatan, tetapi jangan menggunakan kalimat 'berobat ke dokter jiwa', begitu," kata Nikensari di Jakarta, Kamis, dalam siniar berjudul "Mental Health Issue, Apakah Ini Fenomena Gunung Es? Snack Time Eps. 39" yang ditayangkan di kanal Youtube Puskesmas Kramat Jati.
Dia mengatakan hal tersebut ketika ditanya tentang cara mengajak teman atau keluarga yang diduga ada gangguan mental tanpa menimbulkan stigma.
Menurutnya, ajakan yang terus terang seperti itu justru akan membuat orang yang diduga sakit ini menjadi takut.
Selain itu, dia juga tidak menyarankan cara-cara yang bisa dinilai menakutkan, seperti menanyakan ke orang terduga sakit ini apabila mereka melihat makhluk halus di pojok ruangan.
Dia menambahkan, pendekatan yang digunakan hendaknya tidak berbasis negatif, namun dengan didasari niat untuk membantu teman atau anggota keluarga tersebut demi kebaikan mereka. Oleh karena itu, ujarnya, salah satu cara yang dapat diadopsi adalah dengan menanyakan keluhan yang sering dialami, kemudian mengajaknya untuk mengecek dan mencari tahu penyebab masalah tersebut.
"Misalnya anggota keluarga kita ada yang mengeluh susah tidur. Atau enggak fokus. Atau sering deg-degan," kata Nikensari.
"Jadi ajak lah anggota keluarga kita untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan dengan kalimat-kalimat yang 'yuk, yuk, kita cari. Kenapa ya, kok susah tidur? Kita konsultasi yuk'," dia mencontohkan.
Dia juga mengatakan, di Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit, ada beberapa klinik khusus, seperti klinik gangguan belajar, klinik adiksi, klinik geriatri (khusus lanjut usia), atau klinik demensia.
Menurutnya, klinik-klinik spesifik semacam itu dapat menjadi pintu masuk untuk membicarakan dan mengatasi masalah kesehatan mental.
Dia juga mengatakan, untuk pengecekan pun tidak perlu langsung ke rumah sakit. Saat ini, ujarnya, ada puluhan puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) di DKI Jakarta yang punya psikolog klinis.
"Nah jadi kalau langkah awal, supaya enggak lari, biasanya kalau diajak ke rumah sakit lari nih. Boleh lho mampir ke puskesmas dulu," katanya.
Namun, ujarnya, cara membawa untuk berobat bagi setiap orang berbeda. Katanya, ada yang membutuhkan bantuan tenaga kesehatan lain, atau membutuhkan orang lain, ada yang bisa oleh keluarganya sendiri.
Direktur RS itu juga menjelaskan, pada kasus-kasus ekstrem, seperti ketika orang tersebut sudah gelisah, mengamuk, hingga membahayakan orang lain, pihaknya bekerja sama dengan petugas puskesmas dan petugas ketertiban umum untuk membawa orang tersebut ke rumah sakit.
Pasien yang sudah seperti itu perlu segara diberikan pertolongan dengan memasukkan ke instalasi gawat darurat (IGD) untuk menjalani rawat inap.
Baca juga: Ahli: Keluarga berperan penting menjaga kesehatan mental
Baca juga: Ahli sebut gangguan kesehatan mental harus diobati sejak dini
Baca juga: Kemenko PMK: Gangguan kesehatan jiwa berdampak pada ekonomi negara
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2023