Brussels (ANTARA News) - Para pemimpin Uni Eropa (UE) sepakat akan segera membuka pembicaraan dengan Serbia tentang kemungkinan negara tersebut bergabung dengan organisasi kawasan.
Kesepakatan dicapai di saat para pemimpin pada Jumat mengakhiri pertemuan tingkat tinggi mereka yang berlangsung dua hari dan menyepakati penyediaan anggaran senilai miliaran Euro untuk menangani masalah pengangguran usia muda.
Seperti apa yang disebut Presiden UE Herman Van Rompuy sebagai KTT dua hari yang "produktif", para pemimpin 27 negara anggota Uni Eropa mengatakan mereka akan membuka pembicaraan soal keanggotaan Serbia "paling lambat pada akhir Januari."
Pada saat yang sama, mereka mengesahkan sebuah mandat untuk memulai pembicaraan tentang Perjanjian Stabilisasi dan Asosiasi dengan Kosovo, yang mungkin bisa membuka jalan bagi perundingan keanggotaan negara tersebut.
Keputusan untuk melakukan perundingan soal keanggotaan dengan Serbia tercapai setelah pemerintah Serbia berjanji akan memperbaiki hubungannya dengan Kosovo, bekas propinsi Serbia yang akhirnya memisahkan diri.
Di Belgrade, Perdana Menteri Serbia Ivica Dacic menyambut baik keputusan itu, yang disebutnya sebagai keputusan "final dan bersejarah", namun mengatakan ia mengharapkan pembicaraan sudah akan bisa dimulai sebelum bulan Januari.
Dacic berniat untuk membawa negaranya bergabung dengan Uni Eropa dalam waktu empat hingga lima tahun, target yang tergolong ambisius mengingat sulitnya perundingan untuk bergabung dengan organisasi kawasan tersebut.
Lebih dari 1.000 orang nasional melakukan pawai di ibukota Serbia untuk menentang "persetujuan-persetujuan" yang diberikan pemerintah kepada Kosovo supaya mendapat dukungan dari Brussels.
"Para pemimpin Serbia begitu terpesonanya dengan Uni Eropa sehingga mereka menghianati Kosovo untuk itu," kata pemimpin oposisi konservatif Vojislav Kostunica kepada para pengunjuk rasa seperti dilansir AFP.
Kendati Eropa sedang mengalami krisis panjang dan kian lemah, negara-negara Eropa timur terus berupaya bergabung dengan blok Eropa ---yang saat ini yang memiliki 500 juta penduduk itu.
Kroasia secara resmi akan bergabung dengan Uni Eropa pada hari Minggu.
Dengan demikian, Kroasia menjadi negara yang pertama kalinya bergabung dengan UE sejak Bulgaria dan Rumania pada tahun 2007, dan yang kedua setelah Slovania --negara bekas bagian Yugoslavia-- sejak pemisahan berdarah tahun 1990an.
Van Rompuy menggambarkan penggabungan Kroasia yang tertunda sebagai "momen yang benar-benar bersejarah... bagi pemerintahan anda, bagi warga negara anda" serta sebagai "tonggak sejarah bagi kawasan secara keseluruhan."
Perdana Menteri Kroasia Zoran Milanovic mengatakan perjalanan negaranya dalam proses bergabung dengan Uni Eropa telah berlangsung panjang, "dengan banyaknya pemeriksaan, proses mengawasi dan mengimbangi, banyak pasal."
Namun, ia berjanji bahwa Zagreb "akan melakukan apapun untuk membantu (negara) tetangga-tetangga kita yang belum bergabung," katanya, merujuk ke Serbia.
Sementara itu, pada hari pertama pertemuan, Kamis, konferensi tingkat tinggi Uni Eropa itu meloloskan anggaran delapan miliar Euro (Rp103,3 triliun) dalam upaya untuk menurunkan tingkat pengangguran penduduk usia muda di kawasan tersebut.
Presiden Komisi Uni Eropa Jose Manuel Barroso mengatakan keputusan tersebut "akan menghasilkan berbedaan bagi perekonomian kita," dan bersikeras bahwa kondisi Eropa "lebih baik dibandingkan satu tahun lalu."
(T008/M014)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013