Jakarta (ANTARA) - Wahana Visi Indonesia (WVI) memberikan pelatihan dan edukasi terhadap 1.812 guru agar bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di lingkungan sekolah dasar (SD).

“Kami ingin anak-anak di masa pendidikan usia dini bisa belajar dengan gembira, sehingga mereka mencintai sekolah,” kata Direktur Nasional WVI Angelina Theodora dalam acara HUT ke-25 WVI di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan bahwa rasa gembira dan cinta dengan sekolah menjadi modal dasar yang kuat bagi peserta didik dalam belajar, utamanya mengenal huruf agar bisa dan suka membaca. Untuk itu penting diajarkan mengenal huruf dengan cara yang tidak monoton melalui sejumlah permainan dan alat peraga.

Menurutnya, ketika anak sudah bahagia dalam belajar, maka tidak hanya membuat mereka mampu dan bisa baca tetapi juga suka membaca dan memahami isi bacaan dengan baik.

Baca juga: Menciptakan proses belajar mengajar menyenangkan di luar kelas

Baca juga: Kemendikbudristek: Bangun kemampuan anak dengan cara menyenangkan

“Kami percaya bahwa anak yang memiliki keterampilan membaca yang baik akan memperoleh kesehatan yang lebih baik, peluang kerja yang lebih baik, dan masyarakat yang lebih aman serta stabil,” katanya.

Membaca dan memahami isi bacaan, kata dia, menjadi landasan dari semua kemampuan akademis lain. Anak yang terampil membaca akan memiliki kosa kata yang kaya, mudah memahami segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya, bahkan memahami konsep-konsep yang rumit.

“Namun, bagi sebagian besar anak Indonesia, membaca masih menjadi sesuatu yang istimewa,” ucapnya.

Sementara itu, salah satu guru di sekolah pendampingan asal Kabupaten Jayawijaya Papua yang mengikuti program pelatihan WVI mengatakan bahwa cara mengajar yang dilakukannya telah berubah setelah mendapatkan edukasi dari relawan WVI.

“Dulu gaya belajar-mengajar saya satu arah, monoton, tidak menggunakan alat peraga sehingga anak-anak jadi cepat bosan dan sulit paham. Tapi setelah ikut pelatihan WVI, saya jadi tahu kalau kelas itu harus lebih menyenangkan dan memudahkan anak mengerti,” ujarnya.

Melalui kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan dengan metode permainan edukatif di kelas, ujarnya, peserta didik menjadi lebih kompetitif dan semakin semangat belajar.

“Kalau sambil bermain itu, buat saya, permainan dan alat peraga jadi alat yang efektif,” katanya.*

Baca juga: Kemendikbud: Inklusivitas fokus utama percepatan transformasi PAUD

Baca juga: Kemendikbud: PAUD fondasi anak jadi pembelajar sepanjang hayat

Pewarta: Cahya Sari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023