Kairo (ANTARA News) - Otoritas ulama Mesir mengingatkan bahwa perang saudara bisa pecah di negeri itu.
Mereka menyeru rakyat tenang menyusul meninggalnya seorang anggota Ikhwanul Muslimin pada unjuk rasa besar untuk mendesak Presiden Mesir mundur.
"Kewaspadaan diperlukan untuk menjamin kita tidak tergelincir ke dalam perang saudara," kata para ulama Al-Azhar seperti dikutip Reuters.
Universitasyang sepertinya menyokong kepala negara Mohamed Mursi itu menyalahkan geng kriminal yang menyerang masjid-masjid pada kekerasan jalanan yang membuat lima pendukung Ikhwanul Muslimin terbunuh dalam waktu sepekan.
Kaum Islam politik berkumpul di satu masjid di Kairo usai salat Jumat untuk mendukung Mursi. Lawan-lawan Mursi berharap jutaan orang turun ke jalan hari Minggu nanti untuk menuntut pemilihan umum, setahun setelah Mursi dilantik menjadi presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis.
"Saya datang ke sini untuk mendukung pemerintah yang sah," kata Ahmed al-Maghrabi (37), seorang pelayan toko dari kota Mansoura. "Saya bersama presiden terpilih. Dia harus menyelesaikan masa kekuasaannya."
Sementara itu, kelompok oposisi juga berkumpul. Mereka menyaksikan petugas keamanan menjaga ketat istana kepresidenan yang menjadi fokus gerakan massa hari Minggu nanti. Mursi dikabarkan tak ada di sini.
Tentara yang berdiri di sisi rakyat pada awal 2011 untuk menumbangkan Hosni Mubarak memperingatkan akan mengintervensi lagi jika terjadi kekerasan dan akan membela aspirasi rakyat. Kedua kubu percaya bahwa pendirian militer itu membuktikan militer mendukung posisi mereka.
Di Iskandariyah, kota kedua terbesar, ribuan demonstran menggelar demonstrasi. Mereka khawatir Ikhwanul Muslimin akan membawa Mesir ke negara teokratis. Lainnya mengeluhkan stagnasi ekonomi.
"Saya tak ada urusan dengan politik, namun dalam kondisi negara seperti sekarang, batu pun bisa menangis," kata akuntan berusia 42 tahun berusia Mohamed Abdel Latif. "Tak ada pekerjaan, kami tak bisa mendapatkan diesel atau bensin. Kami memilih Mursi, dan itu sudah cukup. Dia mesti melapangan jalan kepada orang lain untuk memperbaiki ini."
Al-Azhar yang adalah lembaga intelektual tertua yang biasanya menjaga jarak dari politik, mendesak oposisi untuk menerima tawaran dialog dari Mursi dan meninggalkan demonstrasi.
Cendekiawan Al-Azhar Hassan El-Shafei menyeru oposisi untuk menerima tawaran Mursi itu demi kemaslahatan bangsa, ketimbang terus berkonfrontasi.
Reuters melaporkan, para pemimpin opisisi menolak tawaran Mursi itu karena dinilai tak berarti apa-apa.
Seorang aktivis liberal di Iskandariyah, Abdelrahman Abdel Wadoud (27) berkata, "Kami bilang pada Mursi 'pidato Anda yang terakhir itu mengonfirmasi kegagalan Anda' ... Dan pada 30 Juni kami akan keluar dan tidak akan pergi sampai Mursi hengkang."
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013