Bandung (ANTARA News) - Kepala Badan Meterologi dan Geofisika (BMG) Bandung, Hendri Surbakti, mengatakan sejak terjadinya gempa yang disusul tsunami di Pangandaran tercacat sudah terjadi 56 kali gempa susulan.
"Namun, kekuatan gempa itu sendiri cukup kecil," katanya di Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Rabu.
Menurut dia, kemungkinan besar gempa susulan masih terjadi terkait dengan proses penyeimbangan setelah sebelumnya mengeluarkan tenaga besar saat gempa pertama kali terjadi.
Ia memperkirakan kekuatan gempanya di bawah gempa pertama, yakni antara 4,2 hingga 5,7 Skala Ritcher (SR).
"Kemungkinan kecil sekali akan terjadi bencana tsunami di kawasan terjadinya gempa pertama tersebut," katanya.
Sebelumnya, Kasubdin Mitigasi Bencana Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Dr Surono, mengemukakan, daerah yang berada di sepanjang pantai Selatan Jawa rawan dan berisiko mengalami tsunami.
"Karena sepanjang pantai Selatan Jawa itu berada pada daerah pertemuan lempeng benua, yakni Lempeng Eurosia dan Indo-australia yang kerap menimbulkan gempa," katanya kepada pers di Bandung, Selasa.
Jadi, lanjut dia, dari mulai daerah pantai Selatan Jawa sampai Selatan Bali dan Nusa Tenggara Timur berisiko terjadi tsunami, meskipun waktu terjadi gempa yang disertai tsunami tidak bisa diprediksi.
Menurut Surono, waktu terjadi gempa dan tsunami itu bisa mencapai sepuluh tahun atau ratusan tahun lagi, tapi zona rawan tsunami di sepanjang pantai Selatan Jawa masih relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan tsunami yang terjadi di NAD karena pantai Selatan lebih curam daratannya. (*)
Copyright © ANTARA 2006