Fortaleza, Brazil (ANTAR News) - Polisi Brazil bentrok dengan demonstran selagi laga semifinal Piala Konfederasi, Kamis waktu setempat atau Jumat pagi WIB tadi, di tengah upaya Presiden Dilma Rousseff mendorong plebisit reformasi politik demi meredakan kemarahan publik.
Gelombang demonstrasi massa yang mulai berlangsung lebih dari dua pekan lalu akibat tingginya inflasi itu meletus bertepatan dengan penyelenggaraan Piala Konfederasi yang menjadi pemanasan untuk Piala Dunia 2014.
Para demonstran menuntut layanan publik yang lebih baik dan hukuman yang lebih keras kepada politisi korup. Mereka juga marah terhadap alokasi anggaran miliaran dolar AS untuk Piala Dunia dan Olimpiade 2016.
Korban meninggal akibat demonstrasi ini sampai Kamis lalu naik menjadi lima orang ketika seorang pemuda berusia 21 tahun meninggal dunia di rumah sakit setelah jatuh dari jalan layang selagi menggelar demonstrasi di Belo Horizonte.
Jumlah demonstran memang berkurang dari seminggu lalu ketika 1,2 juta orang membanjiri kota-kota besar Brazil, tetapi tak menyurutkan tuntutan mereka.
Sekitar 5.000 kaum muda melakukan pawai damai di Fortaleza sampai Stadion Castela di mana Spanyol mengalahkan Italia 7-6 lewat adu penalti untuk memastikan diri ke final menghadapi Brazil di Rio hari Minggu lusa.
"Kami bukan menentang FIFA atau Piala Dunia, tapi kami menentang investasi besar-besaran (untuk turnamen itu). Kesehatan masyarakat, pendidikan dan jalan-jalan dalam kondisi buruk, dan para politisi malah memilih berinvestasi di sepakbola," kata seorang demonstran bernama Teo Sucupira.
Polisi bentrok dengan sekelompok kecil demonstran garis keras yang melontarkan batu dan berupaya menyingkirkan penghalang metal yang memblokir akses ke stadion. Sedangkan sejumlah demonstran lainnya membakar ban mobil.
Polisi menangkap 84 orang. Setidaknya lima demonstran dan tiga polisi terluka dalam bentrok ini, demikian AFP.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013