Selama beberapa tahun terakhir, kami berhasil menahan laju penurunan produksi alamiah yang tinggi dan mempertahankan tingkat produksi pada lapangan-lapangan migas yang sudah mature (tua)

Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), bagian dari Subholding Upstream Pertamina Regional Kalimantan memaksimalkan teknis operasi untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas).

"Selama beberapa tahun terakhir, kami berhasil menahan laju penurunan produksi alamiah yang tinggi dan mempertahankan tingkat produksi pada lapangan-lapangan migas yang sudah mature (tua)," ucap General Manager PHM Setyo Sapto Edi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

Hal tersebut berkat penerapan berbagai inovasi dan teknologi guna meningkatkan recovery rate dari sumur-sumur migas yang ada.

"Selain itu, kami juga menerapkan praktik-praktik engineering terbaik dalam memelihara dan meningkatkan kehandalan fasilitas operasi dan produksi migas yang sudah berumur puluhan tahun," lanjut Setyo.

Sampai dengan bulan Oktober 2023, PHM mencatatkan angka produksi year to date (YTD) minyak sebesar 26.251 barel minyak per hari (BOPD) dan year to date (YTD) gas sebesar 530 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD).

Pencapaian produksi tersebut merupakan hasil dari upaya maksimal teknis operasi, mengingat sebagian besar dari lapangan-lapangan minyak dan gas di Wilayah Kerja (WK) Mahakam telah mature dan masuk ke fase penurunan produksi alamiah (natural decline).

PHM menjelaskan bahwa WK Mahakam merupakan blok migas terminasi yang telah berproduksi hampir 50 tahun dengan natural declining rate yang tinggi di kisaran 50 persen per tahun. Oleh karena itu, PHM selaku operator dengan dukungan penuh dari SKK Migas melakukan berbagai upaya guna menahan laju penurunan produksi tersebut, memperpanjang usia produksi hingga masa akhir kontrak dengan tetap mempertahankan tingkat keekonomian, memperhatikan aspek efisiensi, dan terus memelihara aspek keselamatan.

Mengingat WK Mahakam adalah blok migas yang sudah mature, PHM mengungkapkan pemerintah memberikan insentif kepada PHM berupa perubahan kontrak bagi hasil dan keringanan pajak. Tujuannya untuk mengurangi beban biaya agar operator dapat memproduksi migas dengan ekonomis sampai akhir masa kontraknya.

Insentif hulu migas merupakan stimulus yang diberikan oleh pemerintah kepada pelaku industri hulu migas untuk mengurangi pembiayaan/beban operasi sehingga pelaku industri dapat lebih agresif melaksanakan program kerja untuk meningkatkan produksi serta memelihara tingkat keekonomian aset.

Adapun, pemberian insentif dari Pemerintah Indonesia kepada Blok Mahakam di awal 2021 telah memberikan kemampuan bagi WK Mahakam untuk melanjutkan program kerja pengembangan secara lebih ekstensif termasuk menjalankan program eksplorasi yang ditujukan untuk membuka potensi prospek cadangan migas di Blok Mahakam. Hal tersebut menjadi sangat penting untuk menjamin keberlangsungan investasi dan mendukung pencapaian target produksi migas nasional.

Setyo menjelaskan bahwa penerimaan insentif tentunya memberikan efek yang sangat signifikan terhadap penerimaan negara dan pengembangan daerah.

"Bagi PHM, insentif merupakan stimulus dan perhatian khusus dari pemerintah untuk meningkatkan produksi PHM untuk ketahanan energi nasional, memaksimalkan recovery cadangan dan sumber daya Blok Mahakam, dengan tetap memberikan tingkat pengembalian investasi yang wajar kepada investor dan nilai bagi semua pemangku kepentingan," ujarnya.

Dengan adanya insentif tersebut, PHM menyebut dapat lebih banyak melaksanakan kegiatan pembangunan platform baru, pengeboran dan menjamin keberlanjutan rencana pengembangan lapangan serta eksplorasi. Kebijakan pemerintah itu juga telah memberikan manfaat baik bagi negara, PHM serta melalui multiplier effect yang ditimbulkan juga berdampak bagi industri pendukung migas di Kalimantan Timur.

Baca juga: Pertamina Hulu Mahakam optimistis potensi South Mahakam
Baca juga: PHM lampaui target produksi di Lapangan Bekapai MF 8.5
Baca juga: Pertamina teken kontrak kerja sama WK Peri Mahakam dan East Natuna

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023