... harus menggunakan perahu untuk menyeberang melalui kali baru Benanai... "Atambua, NTT (ANTARA News) - Desa Sikun di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka, NTT, terisolasi dari 35 desa lain pasca banjir Sungai Benenai. Sungai di sisi selatan Pulau Timor itu banjir sejak tiga pekan lalu akibat hujan.
"Banjir Benanai berangsur surut, namun menyisakan kali baru yang membelah Desa Sikun dengan wilayah lain. Sehingga warga yang ingin kembali melihat dan membersihkan rumah mereka kesulitan, karena arus transportasi tidak bergerak," kata Ella Bria, warga Desa Sikun, di Betun, Jumat.
Ia mengatakan, salah satu sarana yang dapat digunakan saat ini perahu karet milik Kantor SAR Kupang, yang sudah satu minggu berada di lokasi bencana membantu para korban.
"Untuk menjangkau Desa Sikun, harus menggunakan perahu untuk menyeberang melalui kali baru Benanai, sebagai satu satunya alat transportasi agar keluar untuk berhubungan dengan warga di wilayah lain," katanya.
Meski banjir mulai perlahan-lahan surut, namun arus deras di sungai Benenai,masih terasa, saat sejumlah warga dari dari tempat pengungsian ingin melihat kondisi tempat tinggal mereka semula di Desa Lasaen, Fafoe, Umatoos, Umalor, Rabasa Haen, Besikama, dan Desa Sukabilulik.
"Lebar sungai benanain lebih dari 100 meter dengan arus yang deras, tak membuat warga desa Sikun terus menyeberang untuk bisa berurusan dengan wilayah desa lain.
Dia mengaku, sebelumnya kawasan ini adalah satu dengan desa lainnya, namun sejak akhir Desember 2012 lalu hingga Jumat (21/06) lalu, mengubah semuanya setelah banjir terbesar sepanjang 12 tahun akhirnya membelah perkampungan menjadi kali baru hingga mengisolir desa Sikun dari wilayah desa lainnya.
Ia mengatakan, salah satu sarana yang dapat digunakan saat ini perahu karet milik Kantor SAR Kupang, yang sudah satu minggu berada di lokasi bencana membantu para korban.
"Untuk menjangkau Desa Sikun, harus menggunakan perahu untuk menyeberang melalui kali baru Benanai, sebagai satu satunya alat transportasi agar keluar untuk berhubungan dengan warga di wilayah lain," katanya.
Meski banjir mulai perlahan-lahan surut, namun arus deras di sungai Benenai,masih terasa, saat sejumlah warga dari dari tempat pengungsian ingin melihat kondisi tempat tinggal mereka semula di Desa Lasaen, Fafoe, Umatoos, Umalor, Rabasa Haen, Besikama, dan Desa Sukabilulik.
"Lebar sungai benanain lebih dari 100 meter dengan arus yang deras, tak membuat warga desa Sikun terus menyeberang untuk bisa berurusan dengan wilayah desa lain.
Dia mengaku, sebelumnya kawasan ini adalah satu dengan desa lainnya, namun sejak akhir Desember 2012 lalu hingga Jumat (21/06) lalu, mengubah semuanya setelah banjir terbesar sepanjang 12 tahun akhirnya membelah perkampungan menjadi kali baru hingga mengisolir desa Sikun dari wilayah desa lainnya.
Berto dan Ardy adalah siswa salah satu sekolah dasar di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka yang wilayahnya baru diterjang banjir bandang Benanai. "Saat ini 90 persen rumah warga di delapan desa masih digenangi air dan lumpur akibat luapan Sungai Benanai," katanya.
Banjir akibat luapan Sungai Benanai ini melanda 36 desa di dua kecamatan, yakni di Kecamatan Malaka Barat meliputi Motaulun, Naas, Maktihan, Besikama, Lasaen, Umatoos, Fafoe, Sikun, Oan Mane, Umalor, Motain, Rabasahain, Loofoun, dan Rabasa Haerain.
Sementara di Kecamatan Weliman daerah yang dilanda banjir adalah Kleseleon, Angkaes, Wederok, Lamudur, Forekmodok, Umalawain, Haliklaran, dan Bonetasea. Saat ini, para korban banjir mengungsi di kawasan Wekmidar, yang tidak terlanda luapan air bah.
Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013