Bogor (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian mengecek peternakan ayam lingnan di Kampung Pasir Muncang, Kabupaten Bogor menyusul protes yang dilayangkan Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia terhadap peredaran ayam tersebut menggunakan label ayam kampung.
"Menindaklanjuti pemberitaan di salah satu media nasional terkait penggunaan label ayam kampung oleh peternak ayam lingnan di Kecamatan Megamendung, kedatangan kami untuk mengecek dan memastikan bibit yang ada di sini apa betul ayam kampung atau tidak dan dari mana asalnya," kata Djamal Riza selaku Kepala Seksi Unggas, Ditjen Peternakan, Kementerian Pertanian, saat ditemui di lokasi peternakan ayam Lingnan, di Megamendung, Kamis.
Djamal menyebutkan, ia datang bersama tim dari Balai Penelitian Ternak, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian dan dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Bogor.
Tim melakukan pengecekan langsung ke lokasi kandang ayam peternakan ayam lingnan di Megamendung untuk mengklarifikasi kebenaran informasi terkait label ayam kampung yang digunakan peternak ayam lingnan.
"Dari hasil pengecekan ini, ayam yang diproduksi disini bukanlah ayam kampung, lebih tepatnya ayam lingnan, yakni ayam percampuran dari luar tapi sudah berada di Indonesia cukup lama lebih dari lima generasi sehingga sudah menjadi ayam lokal," katanya.
Pemilik Peternakan tersebut, Wirawan Darmana Siw menyebutkan peternakan ayam miliknya sudah berdiri sejak 13 tahun lalu.
Ia mengaku bibit ayam yang ia kembangkan berasal dari Kementerian Pertanian sekitar tahun 2000. Dari bibit tersebut ia memperoleh bibit ayam Lingnan yang saat ini ia kembangkan.
"Kami memasarkan ayam ke supermarket di wilayah Jabodetabek, kami menamakannya ayam lingnan," katanya.
Mengenai penggunaan label ayam kampung, Wirawan menyebutkan, berawal dari pengurusan label produksi ayamnya, yang kala itu hanya ada dua label jenis yakni buras dan ras.
"Berdasarkan dua jenis nama ras dan buras ini, kami berpatokan ayam lingnan ini bukan ayam ras, makanya kita gunakan buras," katanya.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013