Kepala Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan Hadi Wijaya mengatakan riset geologi menggunakan gelombang seismik itu berlangsung selama 50-60 hari yang dimulai pada Februari 2024.
"Tahun depan kami masuk ke identifikasi gunung bahwa laut di Gunung Krakatau dan Banua Wuhu di Sulawesi Utara," ujarnya saat ditemui dalam acara pelepasan tim periset arus laut lintas di Pelabuhan JICT 2, Jakarta, Rabu.
Baca juga: TNI AL dan peneliti Indonesia temukan puluhan gunung bawah laut di NTT
"Bahaya geologi adalah kondisi geologis merugikan yang dapat menyebabkan kerusakan luas atau bilangannya harga benda dan nyawa," katanya.
Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan durasi riset setiap gunung api bawah laut berlangsung sekitar satu bulan.
"Kami mengidentifikasi gunung api bawah laut, ada berapa sih kita punya? Selain ring of fire yang kita sudah identifikasi, kita sudah tahu itu. Sekarang yang ada di bawah laut itu seperti apa," kata Wafid.
Baca juga: Pushidrosal temukan gunung di perairan menuju Banda
Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Banua Wuhu berada sebelah barat daya Pulau Mahengetang yang mempunyai luas kira-kira satu kilometer.
Banua Wuhu merupakan gunung api bawah laut yang bila terjadi erupsi eksplosif berpotensi merusak daerah puncaknya, sehingga gunung api tersebut kadang-kadang muncul di permukaan dan kadang-kadang tidak nampak di permukaan laut.
Sedangkan, Krakatau merupakan kepulauan vulkanik masih aktif yang terletak di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan. Letusan dahsyat yang terjadi tahun 1883 menciptakan tsunami setinggi 40 meter.
Baca juga: BIG pastikan gunung bawah laut Pacitan tidak vulkanis
Sejak saat itu sampai sekarang Gunung Anak Krakatau berada dalam fase konstruksi atau membangun tubuhnya hingga besar. Dalam waktu 94 tahun sejak kemunculan pertamanya itu, Gunung Anak Krakatau kini memiliki ketinggian mencapai 157 meter dari permukaan laut.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023