Jakarta (ANTARA News) - Pemerintahan mendatang tidak cukup hanya dipimpin oleh presiden yang mendapat dukungan dari rakyat (populer), tapi harus juga diperkuat partai koalisi untuk memudahkan persetujuan kebijakan dari parlemen, kata pengamat politik.

Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis, mengatakan, jika melihat hasil survei saat ini, bahwa tiga partai elektabilitas tinggi, yaitu PDIP, Partai Golkar dan Partai Demokrat, sehingga pemenang capres dituntut berkoalisi dengan partai pemilik suara banyak.

Fajar mengatakan, jika PDIP memenangi pemilihan legislatif dan mengajukan bakal capres Joko Widodo, maka PDIP harus mencari bakal cawapres yang paling memungkinkan koalisi yakni dari Golkar. "Untuk menggandeng Demokrat tentu agak sulit, karena Demokrat diyakini akan mengusung capres pemenang konvensi," katanya.

Sementara Golkar sudah memutuskan Ketua umumnya Aburizal Bakrie sebagai bakal Capres. "Tetapi, memang perlu juga dilihat chemistry politik PDIP dengan Golkar atau PDIP dengan Demokrat," katanya.

Menurut Fajar, sangat menarik untuk dikaji tentang wacana jika Jokowi sebagai bakal capres menggandeng tokoh Golkar. Apalagi pola seperti itu sudah pernah terjadi pada 2004 saat SBY berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK), yang saat itu, capres Golkar adalah Wiranto.

Fajar menambahkan, setelah jadi Wapres, JK terpilih sebagai Ketua Umum Golkar dan mengarahkkan partainya mendukung pemerintah SBY-JK, sehingga pola itu kalau terjadi lagi, tidak mengejutkan, sebab dalam tradisi Golkar, bukan satu larangan jika kader terbaiknya diambil partai lain.

Sebelumnya, anggota Badan Penasehat CSIS Jeffrie Geovanie mengatakan, wacana PDIP menggaet tokoh Golkar dipasangkan dengan Jokowi kemungkinan bisa dilakukan jika PDIP memutuskan tidak berkoalisi dengan partai yang lain.

Menurut Jeffrie, hal tersebut dimaksudkan agar memiliki dasar untuk kemungkinan "mengambil-alih" kepengurusan Golkar pada Musyawarah Nasional 2015 yang selanjutnya berkoalisi dengan PDIP di pemerintahan.

Dia mengharapkan, sebagai capres dari figur baru, Jokowi bisa dipasangkan dengan figur yang lebih senior, seperti Presiden Amerika Serikat Barack Obama dengan Joe Biden.

Jeffrie menambhakan, tokoh Golkar senior bisa diambil khususnya yang mempunyai kemampuan diplomasi luar negeri, karena Jokowi kemungkinan akan fokus mengurus dalam negeri.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013