Kementerian Perindustrian sudah melakukan penelitian (tentang) pengaruh kenaikan (harga BBM bersubsidi) sebesar 20 persen dan 40 persen. (Dampak) peningkatan (biaya produksi) hanya sekitar 1,2 persen dan paling tinggi lima persen,"
Jakarta (ANTARA News) - Industri Kecil dan Menengah subsektor industri kreatif perlu berinovasi agar mampu bertahan dari dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, demikian disampaikan Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (Dirjen IKM) Kementerian Perindustrian, Euis Saedah.
"Kementerian Perindustrian sudah melakukan penelitian (tentang) pengaruh kenaikan (harga BBM bersubsidi) sebesar 20 persen dan 40 persen. (Dampak) peningkatan (biaya produksi) hanya sekitar 1,2 persen dan paling tinggi lima persen," kata Euis, dalam pembukaan Pameran Indonesia Fashion & Craft 2013 di Jakarta, Kamis.
Euis mengatakan dampak kenaikan harga BBM bersubsidi akan mempengaruhi biaya produksi IKM yang tidak berinovasi karena faktor biaya bahan baku akan terpengaruh biaya transportasi dan distribusi.
Industri kreatif yang inovatif seperti industri busana (fashion), lanjut Euis, mempunyai komponen desain sebagai nilai jual sehingga lebih tangguh menghadapi kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Karena komponen desain di industri 'fashion' lebih lentur bergeraknya dan tidak mudah terpengaruh harga bahan baku fisik," kata Euis.
Euis mengakui sebagian besar IKM di Indonesia belum banyak berinovasi dalam dua tahun terakhir.
"Terutama di 'fashion', perilaku pelaku IKMnya masih mengamati, meniru, dan memodifikasi," katanya.
Kementerian Perindustrian, menurut Euis, melakukan riset desain, teknik, operasional, material, dan pasar untuk menstimulus pertumbuhan IKM yang inovatif. (I026)
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013