"Saya sebagai kalangan UMKM menyatakan UMKM kita tidak siap menghadapi MEA 2015," kata Nasfi Burhan seusai menghadiri Seminar Nasional Kesiapan UMKM DKI Jakarta dalam menghadapi MEA 2015, di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan UMKM nasional saat ini tidak mendapat dukungan dari para pemodal. Sehingga dia menilai kesiapan UMKM nasional dalam MEA 2015 masih terlalu dini.
"Bank Indonesia meminta bank menyalurkan kredit 20 persen ke UMKM, tapi bunga kredit dari bank masih 12 persen, bagaimana UMKM mau maju dan bersaing dalam MEA," kata dia.
Dia mengatakan di China dan Malaysia bunga kredit ke sektor UMKM masing-masing hanya sebesar dua dan tiga persen. Oleh karena itu menurut dia, UMKM negara tersebut bisa dengan cepat merambah dunia internasional.
Selain itu, Nasfi juga mengatakan bahwa pemerintah Indonesia belum sepenuhnya memberikan dukungan bagi sektor UMKM. Dia menilai pemerintah terkesan membiarkan UMKM berjuang sendiri dalam melakukan pengolahan dan distribusi produksinya.
"Contohnya petani buah kita buah-buahnya busuk saat distribusi. Sedangkan di luar negeri, buah petani dibeli pemerintah lalu dikelola pemerintahnya sedemikian rupa, sehingga saat sampai Indonesia keadaannya sangat baik, jadi diterima di supermarket," kata dia.
Lebih jauh dia mengatakan agar UMKM bisa bersaing dalam MEA 2015 maka pemerintah harus memastikan tiga hal yakni stok bahan baku yang cukup, tempat pemasaran yang layak, serta permodalan yang murah.
"Jangan belum apa-apa yang dikejar itu pajak UMKM," kata dia.
Pewarta: Rangga Jingga
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013