ujungnya adalah quality of life meningkat

Jakarta (ANTARA) - Guru besar bidang teknologi informasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Dr Ir Suhono Harso Supangkat mengatakan, makna kata 'cerdas' dalam konsep kota pintar (smart city) adalah kemampuan untuk mengelola sumber daya untuk menyelesaikan masalah-masalahnya.

"Yang pada intinya adalah bagaimana kita bisa mengelola sumber daya yang kita punya sedemikian rupa sehingga quality of life (kualitas hidup)-nya meningkat. Jadi ujungnya adalah quality of life meningkat. Sustainability (keberlangsungan), resiliency (ketahanan), dan yang ketiga adalah smart (cerdas)," ujar Suhono di Jakarta pada Selasa.

Dia menjelaskan bahwa sejumlah permasalahan, seperti tentang iklim, sampah, dan transportasi, akan selalu dihadapi. Namun, ujarnya, hal-hal tersebut dapat dihadapi dengan pengelolaan yang menggabungkan konsep keberlangsungan, ketahanan, serta kecerdasan itu sendiri.

Suhono mengatakan, dalam Peraturan Pemerintah nomor 59 tahun 2022 tentang Perkotaan dalam Mendukung Implementasi Kota Cerdas, ketiga konsep tersebut sudah digabungkan.

Sebagai contoh masalah untuk isu transportasi, dia menceritakan pengalamannya ketika ke Singapura. Dia menjelaskan, di sana penduduknya ada 6,3 juta, tetapi jumlah yang memakai transportasi publik bisa mencapai 7 juta. Dia menjelaskan, angka tersebut karena pemakaian transportasi publik untuk pulang pergi.

"Nah di Jakarta ini, penduduknya 12an juta, 10 juta, tapi angkutan umumnya baru 3 juta, 4 juta. Ini tantangan, untuk bidang transportasi," dia menuturkan.

Selain itu, ujarnya, terkait tantangan berupa keterbatasan anggaran, dia mengatakan kemitraan pemerintah dan swasta (public private partnership) dapat ditingkatkan sebagai solusi. Menurutnya, kemitraan semacam itu tak hanya berlaku dalam bidang pembangunan infrastruktur fisik saja, namun juga dalam mengusung pembangunan kota cerdas.

Tantangan lain, ujarnya, yaitu mengubah pola pikir masyarakat mengenai pentingnya mendata dan melihat data sebagai sebuah modal yang penting dalam pembangunan. Menurutnya, masih ada yang sering menyimpan data sembarangan.

"Bangsa kita punya banyak kekayaan, tapi tidak didata," katanya menjelaskan.

Suhono menjelaskan, cara agar dapat menjadi cerdas dalam menghadapi masalah-masalah tersebut sederhana.

"Kuncinya cerdas itu apa? Simpel. Mengetahui lingkungan, memahami lingkungan, dan bertindak," Ujarnya.

Dia menjelaskan, yang dimaksud adalah dengan memahami situasi yang ada di sekitar, kemudian memahami dengan analisis, atau dengan bantuan kecerdasan buatan kecerdasan buatan (artificial intelligence), "data science", dan melakukan tindakan yang sesuai.

Selain itu, dia juga mengatakan, infrastruktur publik digital, yang terdiri dari masyarakat, pemerintah, infrastruktur, dan pengelolaan data, perlu ditingkatkan guna mengatasi masalah-masalah tersebut.

Baca juga: JSC siapkan siswa jadi pimpinan perusahaan top dunia

Baca juga: Ini yang harus dipenuhi Jakarta agar jadi kota pintar berskala global

Baca juga: TIK kebutuhan fundamental Jakarta sebagai kota pintar skala global

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023