Ramallah (ANTARA) - Perdana Menteri Palestina Mohammed Ishtaye pada Senin (13/11) menegaskan penolakannya terhadap rencana apa pun untuk mengungsikan penduduk Gaza "dengan kedok bantuan kemanusiaan."

Dalam sebuah pertemuan kabinet, Ishtaye menolak "proposal yang diajukan oleh beberapa negara untuk membuat koridor maritim antara Siprus dan Gaza."

Dia menegaskan bahwa "meskipun kami menantikan kedatangan bantuan, kami tidak menerima pengungsian rakyat kami ke kapal untuk dideportasi dengan kedok bantuan."

Ishtaye juga menolak mendirikan kamp-kamp sementara bagi para pengungsi seperti yang diminta. Dia mengatakan bahwa "kami ingin rakyat kami kembali ke tempat asal mereka."

Ishtaye percaya "rakyat kami (Palestina) tidak akan pernah bisa kembali ke Gaza jika kami menerima solusi seperti itu."

Sejumlah warga Palestina berdiri di antara puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan militer Israel di kota Rafah di Jalur Gaza selatan pada 11 November 2023. (Xinhua/Khaled Omar)

PM Palestina itu menyampaikan penyesalannya bahwa beberapa negara masih mengatakan pembelaan soal "hak Israel untuk membela diri," seraya menekankan bahwa "pendudukan tanah orang lain bukanlah pembelaan diri."

Dia meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa untuk mengirim bantuan melalui udara ke Gaza yang dilanda perang, terutama di bagian utara, serta meminta pembukaan lebih banyak koridor bantuan bagi Gaza selain perlintasan Rafah.

Mengenai deklarasi baru-baru ini oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang ingin tetap mengambil kendali keamanan atas Gaza pascakonflik dan menolak kembalinya Otoritas Palestina ke daerah kantong tersebut, Ishtaye mengatakan, "Gaza adalah bagian integral dari Palestina ... Kami tidak memerlukan izin dari siapa pun untuk membantu rakyat kami di sana."

Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023