Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia dr Keven Tali, Sp.OG mengatakan infeksi human papillomavirus (HPV) tak hanya bisa menyebabkan kanker serviks tetapi juga kanker anus karena adanya kemiripan sel.
"Karena sel-sel yang ada di serviks itu mirip dengan sel yang ada di anus sehingga daerah itu menjadi lebih sensitif untuk terkena virus," kata dia dalam diskusi kesehatan bertema "Perluas Cakupan, Perkuat Kesadaran: Bersama Capai Generasi Bebas Kanker Serviks" di Jakarta, Selasa.
Keven menuturkan HPV ditularkan melalui kontak seksual dan orang berisiko terkena virus ini apabila berhubungan intim dengan berganti-ganti pasangan, berhubungan intim terlalu dini, dan melahirkan anak lebih dari lima orang.
Baca juga: Dokter obstetri jelaskan kemungkinan infeksi HPV sembuh sendiri
Lebih lanjut, sambung dia, infeksi HPV selain menyebabkan kanker serviks dan kanker anus, juga dapat mengakibatkan kutil kelamin. Menurut Keven, meskipun kutil sudah diobati namun virus penyebab masih dapat berdiam di dalam tubuh sehingga saat imunitas tubuh menurun atau tubuh terkena paparan kembali, kutil kelamin bisa muncul lagi.
"Jadi, jangan pernah anggap sepele karena saat muncul kutilnya itu, bisa menularkan pada orang lain. Untuk yang laki-laki, selain kutil kelamin, dia bisa kena kanker penis," tutur Keven.
Berbicara upaya mencegah infeksi HPV, imbuh dia, salah satunya dengan divaksin HPV. Vaksin ini sudah dapat diberikan pada anak-anak perempuan mulai usia 9 tahun sebelum aktif secara seksual sebanyak dua dosis.
"Vaksin itu bisa melindungi dari penyakit-penyakit yang ter-cover oleh si vaksin. Vaksin paling awal bisa usia 9 tahun sampai 14 tahun, itu dua dosis," ujar Keven.
Baca juga: Risiko infeksi HPV juga mengintai laki-laki
Selain itu, bagi yang sudah aktif melakukan hubungan intim, disarankan menerapkan perilaku seksual yang aman termasuk mengenakan kondom, menjalani sirkumsisi (sunat) untuk mengurangi risiko infeksi, dan menjalani skrining HPV setiap 5 - 10 tahun sejak usia 30 tahun.
Keven juga menyarankan khususnya mereka yang sudah aktif secara seksual untuk melakukan deteksi dini yakni dengan pap smear atau tes IVA di fasilitas kesehatan.
"Diharapkan semua lebih sadar dan mau memeriksakan diri untuk mengetahui apakah sudah ada virusnya atau belum. Vaksin HPV dan deteksi dini serta manajemen terapi sangat efektif untuk mencegah terjadinya infeksi HPV," demikian kata dia.
Baca juga: Deteksi dini kanker serviks penting karena infeksi rahim tak bergejala
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023