Jakarta (ANTARA) - Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi? Pahlawan bumi itu adalah kita! Demikian kalimat singkat yang dilontarkan oleh seorang aktris Chelsea Islan, untuk mengajak anak muda terlibat aktif dalam segenap misi pelestarian lingkungan sebagai wujud kebaktian kepada bangsa Indonesia.

Peraih medali pemeran utama wanita terbaik versi Festival Film Indonesia yang berusia 28 tahun ini bahkan sejak usia remaja sudah banyak terlibat dalam pelestarian lingkungan.

Mulai dari konservasi satwa dilindungi, dan memerangi perubahan iklim sebagai Duta UNCP (United Development Programme). Terbaru Chelsea mengembangkan usaha berlian ramah lingkungan.

Produk perhiasan berkelanjutan yang diluncurkan pada Oktober 2023 itu ramah lingkungan karena bukan dari hasil tambang, melainkan hasil proses mekanisme laboratorium yang bermarkas di Jakarta.

Menurutnya pertambangan menjadi penyebab kerusakan ekosistem hutan dan lebih dari itu, di dalam bidang pertambangan berlian kerap terjadi pelanggaran besar yakni mengeksploitasi anak di bawah umur sebagai pekerja seperti di India dan Afrika.

Meski hal demikian belum ditemukan di Tanah Air, tapi baginya Indonesia sebagai salah satu negara dengan kekayaan alam yang melimpah, juga tidak luput dari ancaman kerusakan lingkungan.

Perubahan iklim, pencemaran, dan kepunahan flora dan fauna merupakan beberapa contoh dampak dari kerusakan lingkungan hidup itu sendiri di negara yang terdiri dari belasan ribu lebih pulau ini.

Atas perhatian dan konsistensi tersebut, maka aktris muda yang berketurunan Amerika Serikat ini dinobatkan sebagai MoNa Warrior dari yayasan konservasi alam dan pembangunan berkelanjutan, WWF Indonesia.

MoNa Warrior adalah individu inspiratif yang memiliki kesadaran dan kepedulian tinggi bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan kekayaan alam di Tanah Air.


Gerakan 10 ribu pahlawan bumi

Sebagai MoNa Warrior, perempuan yang populer melalui serial televisi “Tetangga Masa Gitu” ini mengakui ada banyak sekali kesempatan bagi anak muda untuk terlibat dalam misi pelestarian lingkungan hidup.

Keterlibatan itu pun tidak lah sesulit apa yang dibayangkan oleh orang pada umumnya namun justru mudah dan menggembirakan.

Salah satunya bisa didapatkan dengan mengikuti gerakan 10 ribu pahlawan bumi yang diinisiasi oleh yayasan konservasi WWF Indonesia dan PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk.

Gerakan tersebut mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat utamanya anak muda untuk belajar dan terlibat langsung dalam praktik konservasi yang dilakukan di wilayah kerja WWF Indonesia.

Ada tiga dari 17 wilayah praktik konservasi yang menjadi prioritas gerakan, meliputi pemeliharaan dan perlindungan ekosistem hutan dan laut hingga satwa dilindungi karena sudah terancam punah yakni gajah, harimau dan orang utan, dan berbagai kegiatan lainnya.

Masing-masing kegiatan tersebut tersebar di kawasan konservasi Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Sebangau (Katingan, Kalimantan Tengah) dan bagian selatan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Jambi).

"Karena yang dibutuhkan dari kita anak muda itu, kepeduliannya, bumi yang kita huni saat ini sedang tidak baik-baik saja," kata Chelsea.

Direktur Utama WWF Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan bahwa tujuan misi gerakan tersebut yakni, menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap kerusakan lingkungan hidup yang semakin kentara dampaknya terhadap perubahan iklim dan gaya hidup manusia.

Kerusakan alam yang dimaksud ditandai dengan terus berkurangnya luasan kawasan hutan, mangrove dan lahan mineral gambut akibat pembukaan lahan oleh manusia.

Kondisi kerusakan alam juga semakin diperparah karena faktor meningkatnya suhu permukaan bumi akibat perubahan iklim global dan fenomena badai El Nino yang berlangsung sepanjang tahun ini.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan hingga September 2023 sudah 642.099 hektare hutan dan lahan Indonesia mengalami kebakaran.

Jumlah luasan kebakaran itu meningkat dibandingkan periode yang sama dua tahun sebelumnya, yakni pada 2022 ada 204.849 hektare dan pada 2021 seluas 358.867 hektare hutan dan lahan yang hangus terbakar.

Bagi pegiat pelestarian lingkungan peristiwa kebakaran tersebut sangat memprihatinkan. Pasalnya, tak hanya berdampak pada penurunan kesehatan masyarakat dan gangguan aktivitas sosial ekonomi, tapi mengancam keberlangsungan ekosistem seluruh mahkluk hidup di kawasan hutan.

Keprihatinannya tersebut bukan tanpa sebab, sebagai contoh misalnya peristiwa kebakaran yang menghanguskan seluas 1.646 hektare hutan dan lahan di Provinsi Jambi.

Salah satu titik kebakaran tersebut berada berdampingan dengan izin konsesi konservasi seluas 32 ribu hektare di bagian selatan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Jambi, yang di dalamnya dihuni 200 ekor gajah, 120 ekor harimau hingga orang utan (Pongo pygmaeus) sumatera.

Menurut data dari Internasional Union for Conservation of Nature (UICN), jumlah populasi orang utan sumatera di alam liar diperkirakan sekitar 6 ribu ekor pada 2023. Jumlah ini menurun drastis dari tahun 1970-an yang diperkirakan terdapat sekitar 100 ribu ekor di alam liar dari utara Aceh - Lampung selatan.

Begitu pula pencemaran udara akibat polusi emisi gas buang pembakaran kendaraan, pabrik, pergudangan. Hal ini pula yang sempat menjadikan Ibu Kota DKI Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara terburuk dunia pada Oktober lalu.

Termasuk kawasan laut oleh limbah sampah rumah tangga khususnya yang berbahan plastik pun terus meluas menjadi ancaman serius terhadap keberlangsungan ekosistem bawah laut.

Pada tahun 2020 wilayah laut Indonesia tercemar oleh sekitar 1.772,7 gram sampah per meter persegi. Jumlah ini meningkat sebesar 17 persen dari tahun sebelumnya.

Direktur Utama WWF Indonesia Aditya Bayunanda menerima plakat kartu kredit ramah lingkungan dari Direktur Retail Banking BNI Putrama Wahju Setyawan untuk mensukseskan gerakan 10 ribu pahlawan bumi buah kerjasama WWF Indonesia dengan PT BNI Tbk untuk konservasi pelestarian lingkungan hidup, Jakarta, Kamis (9/11/2023). (ANTARA/M Riezko Bima Elko P)

​​​​​​​


Aditya menjabarkan bahwa dibutuhkan keterlibatan banyak pihak untuk berkolaborasi mengatasi semua kondisi tersebut. Hal ini lah yang kemudian mendorong lembaganya mengambil langkah inisiatif bekerjasama dengan PT BNI melalui gerakan 10 ribu pahlawan bumi.

Gerakan 10 ribu pahlawan bumi dicanangkan sebagai solusi jangka panjang sekaligus mempertegas keseriusan setiap program kerja strategis pelestarian lingkungan supaya terhindar dari kerusakan yang lebih parah dari apa yang terjadi saat ini.

Dalam kolaborasi itu masyarakat menjadi aktor utama konservasi yang selanjutnya disebut MoNa WWF Indonesia, satu barisan dengan Chelsea Islan, Nugie, Morgan Oey, Della Dartyan, dan Alifa Adelia.

Setidaknya sepekan sejak program diluncurkan sudah sebanyak 41 orang atau 0,4 persen dari target 10 ribu orang tergabung sebagai MoNa, untuk gerakan pelestarian lingkungan yang secara otomatis mereka memiliki kartu kredit BNI-WWF.

Melalui pemanfaatan kartu kredit tersebut para MoNa tidak hanya berkesempatan terlibat kegiatan konservasi langsung di lapangan tapi juga bisa berdonasi minimal Rp10 ribu. Atau setidaknya bila mencapai target, total donasi yang terkumpulkan minimal akan mencapai Rp100 miliar melalui transaksi yang disediakan salah satu perusahaan BUMN itu.

Setiap biaya yang didonasikan akan dialokasikan untuk mendukung serangkaian kegiatan konservasi, edukasi dan sosialisasi ke masyarakat terhadap dampak dan mitigasi kerusakan lingkungan.

Pijakan pertama akan dimulai untuk kegiatan rehabilitasi 9 ribu hektare lahan mineral yang rusak terdampak penjamahan manusia dan kebakaran, termasuk pemeliharaan satwa dilindungi di bagian selatan Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Penanaman hingga 120.000 pohon mangrove di kawasan-kawasan perairan kritis mencegah bencana hidrometeorologi musim penghujan mendatang hingga pemantapan upaya pengendalian limbah plastik dalam Program Plastic Smart Cities di beberapa kota besar Indonesia.

Kegiatan konservasi skala prioritas tersebut akan dilakukan oleh seluruh peserta gerakan di setiap kawasan konservasi bersama 100 ribu pendukung WWF Indonesia.

Langkah strategis pelestarian lingkungan hidup yang diemban oleh para MoNa, sebagai barisan pahlawan bumi pertiwi masa kini tersebut perlu dukungan dan kolaborasi masyarakat. Hal itu akan sangat menentukan keberhasilan program yang dijalankan.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023