"Mudah-mudahan sebentar lagi atau sekitar dua tahun ke depan, bisa dicapai urutan satu sebagai produsen komoditas kakao terbesar dunia. Ketersediaan lahan memungkinkan dibandingkan Ghana dan Pantai Gading," kata Suswono di Padang, Selasa.
Mentan membuka seminar nasional tentang Pengembangan Agribisnis Kakao di Sumatera Barat yang digelar Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) di Auditorium Kantor Gubernur Sumatera Barat (Sumbar).
Hadir dalam kesempatan itu Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Ketua Askindo Zulhefi Sikumbang dan Kepala Dinas Perkebunan Sumbar Fajaruddin dan para penyuluh se-Sumbar.
Mentan mengatakan saat ini Indonesia merupakan negara terbesar ketiga yang memproduksi biji kakao setelah Negara Pantai Gading dan Ghana.
Kini luas lahan kakao di wilayah Indonesia tercatat 1,7 juta hektare dengan produksi baru sebanyak 712 ton per tahun.
Sebanyak 94 persen perkebunan kakao diusahakan sekitar 1,6 juta rakyat, berbeda dengan perkebunan kelapa sawit yang sebagian besarnya dikelola pengusaha besar.
"Mudah-mudahan sebentar lagi atau sekitar dua tahun ke depan, bisa dicapai urutan satu sebagai produsen komoditas kakao dunia. Ketersediaan lahan memungkinkan dibandingkan dari Ghana dan Pantai Gading," tegasnya.
Selain itu, biji kakao Indonesia memiliki keunggulan dimana memiliki rasa khas dan tak ditemukan di negara lainnya.
Menurut dia, upaya yang harus dilakukan untuk mencapai nomor satu produsen kakao dunia, telah dimulai dengan adanya gerakan nasional (Gernas) sejak 2009, sekarang di beberapa sektra sudah dimulai peremajaan dan bahkan sudah ada berbuah.
Pewarta: Siri Antoni
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013