San Fransisco (ANTARA) - Massa berkumpul pada Minggu yang cerah di San Francisco untuk memprotes pertemuan para pemimpin politik lintas-Pasifik dan juga menentang berbagai isu lainnya, termasuk isu yang menyerukan gencatan senjata dalam perang Israel-Palestina.
Para pengunjuk rasa berkumpul di alun-alun depan gedung feri San Francisco yang menjadi pintu gerbang ke kota itu, sambil membawa spanduk dan poster menentang forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), menyerukan perubahan ekonomi dan lingkungan, dan mengibarkan bendera Palestina.
Massa lainnya menentang industri minyak dan mendukung aktivis buruh dan hak-hak imigran. Mereka membentang beberapa blok di sepanjang jalan raya Market Street ketika unjuk rasa itu dimulai sore hari.
Gendang yang ditabuh tangan memanaskan suasana. Sebagai pusat budaya tandingan pada era 1960-an, San Francisco tetap mempertahankan kepekaan anti-otoriter sekalipun perusahaan-perusahaan dan para pekerja teknologi telah mengubah kota ini menjadi influencer global.
Polisi memperkirakan bakal terjadinya unjuk rasa saat APEC digelar, yang semakin meningkat Rabu nanti saat Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden China Xi Jinping menggelar pertemuan kedua di antara mereka sejak Biden menjabat pada Januari 2021.
Unjuk rasa bisa semakin konfrontatif pada Rabu, dengan pengunjuk rasa menyerukan pemblokiran peserta memasuki pusat konferensi San Francisco.
"Masyarakat kita sedang kacau,” kata Roberto Ruiz (53) yang merupakan musisi di plaza feri.
Dia berpandangan dana yang digunakan untuk menyelenggarakan KTT APEC seharusnya digunakan untuk membantu masyarakat miskin.
"Kita memiliki orang-orang di jalanan yang tidak memiliki rumah. Uang ini pasti bisa tidak akan sampai ke tangan mereka," kata dia.
Sebanyak 3.000 orang mungkin hidup di jalanan, menurut data 2022 yang dipublikasikan dalam situs web kota tersebut.
San Francisco pulih lebih lambat dari pandemi COVID-19 dibandingkan kota-kota lain, di mana beberapa perusahaan retail besar meninggalkan Market Street. Pariwisata San Francisco jauh berkurang dibandingkan tingkat sebelum pandemi, menurut data perusahaan analisis hotel STR yang diterbitkan Juni.
Mahasiswa berusia 21 tahun bernama Sarah R, yang menolak memberikan nama belakangnya, mengaku datang untuk mengirimkan pesan kepada Biden dan para pemimpin lainnya agar mendukung rakyat Palestina yang terancam “genosida”.
Israel membombardir Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober.
Insinyur geosains bernama dan berusia 56 tahun, Marty Brewer, mendesak adanya respons cepat terhadap krisis iklim.
"Sejauh ini kita gagal mengatasi keadaan darurat ini," kata dia.
Sumber: Reuters
Baca juga: Xi Jinping dan Biden segera bertemu di San Francisco, California
Baca juga: Jokowi tiba di Washington D. C. untuk bertemu Joe Biden
Baca juga: Bulan Sabit Merah Palestina ungkapkan 76 truk bantuan masuk Gaza
Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2023