Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) menyatakan penetrasi layanan seluler di Tanah Air sudah melebihi jumlah penduduk Indonesia sendiri.
"Industri telekomunikasi dalam negeri terus tumbuh dengan cepat. Tingkat penetrasinya sudah mencapai di atas 120 persen," kata Ketua Umum ATSI Alex Janangkih Sinaga pada satu acara di Jakarta, Selasa.
Menurut Alex, industri seluler sejak lama telah menjadi salah satu faktor pendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Tarif komunikasi di Indonesia masih terendah secara regional dibandingkan dengan tarif di negara lainnya, dan ini berdampak kepada pelaku industri yang mengakibatkan margin pendapatan operator turun, tercermin dari margin rasio earnings before interest, tax, depreciation and amortization (EBITDA) dari minus 50 persen hingga plus 56 persen.
"Ada operator yang minus hingga 50 persen, tapi ada yang mampu berkibar dengan margin keuntungan 56 persen," tegas Dirut PT Telkomsel ini.
Meski demikian, marjin operator masih sangat menjanjikan, terutama jika ada pengelolaan nilai tambah termasuk layanan data dan internet.
Dia menilai masa depan industri telekomunikasi Indonesia sepuluh tahun mendatang bergantung kepada pemerintah dan pelaku industri, namun pelaku industri telekomunikasi di Indonesia masih terlalun banyak.
"Pemain di Indonesia terlalu banyak, kalau kita benchmark ke global," ujar Alex.
Untuk itu Indonesia harus memperkecil jumlah operator telekomunikasi, dengan konsolidasi industri secara natural, dan regulasi.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013