Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nopian Andusti mengatakan bahwa menjaga pola hidup sehat sejak remaja dapat mencegah stunting dari hulu.

"Pencegahan stunting sudah harus dilalukan dari hulu. Remaja putri dapat melakukan pencegahan dengan mengonsumsi tablet tambah darah sebanyak 1 tablet per minggu, melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, serta menerapkan pola makan sesuai pedoman gizi seimbang," kata Nopian dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Hal ini disampaikan Nopian saat menghadiri kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) percepatan penurunan stunting wilayah khusus kampung keluarga berkualitas di Desa Talang Tinggi, Kecamatan Ulu Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan, Jumat (10/11).

Ia menjelaskan, untuk mewujudkan keluarga berkualitas, BKKBN mengembangkan konsep menghindari "empat terlalu", yakni terlalu muda saat melahirkan (kurang dari 21 tahun), terlalu tua usia saat hamil (di atas 35 tahun), terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu banyak anak.

Baca juga: Komisi IX DPR RI: Kaum pria punya andil besar turunkan stunting

"Perkawinan di usia yang terlalu muda berisiko tinggi melahirkan anak stunting, kematian bayi, hingga kematian ibu," ujar dia.

Untuk membebaskan keluarga Indonesia dari beberapa risiko tersebut, BKKBN melakukan beberapa pendekatan melalui program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana) serta percepatan penurunan stunting.

Program-program tersebut dilaksanakan berlandaskan Undang-Undang (UU) Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.

"Tubuh kerdil atau stunting itu cukup berbahaya dalam pembangunan bangsa, karena menjadi hambatan masa depan anak bangsa yang berkualitas," tuturnya.

Selain fisik yang pendek, kata dia, anak stunting juga mudah sakit-sakitan, dan saat memasuki usia dewasa akan sulit bersaing dengan anak-anak lain yang normal.

Baca juga: Kemenkes: Konsumsi tablet tambah darah cegah stunting sejak remaja

"Untuk itu, pencegahan stunting harus dimulai sejak janin dalam rahim atau kandungan, melalui pengasuhan dan pemenuhan asupan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan atau 0-2 tahun," katanya.

Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI Elva Hartati yang turut hadir pada kegiatan tersebut menyebutkan bahwa kegagalan tumbuh seseorang disebabkan malanutrisi kronis dan penyakit berulang selama masa kanak-kanak, sehingga dapat membatasi kapasitas fisik dan kognitif anak secara permanen.

"Meskipun kemiskinan berkontribusi terhadap gizi buruk, faktor lain seperti minimnya pengetahuan dan praktik pengasuhan anak, serta pemberian makan anak yang tidak memadai, juga turut menyebabkan tingginya angka gizi buruk," kata Elva.

Menurut dia, memperhatikan kesehatan ibu sejak dini juga penting, karena masih banyak perempuan yang hamil saat usia remaja, tidak makan dengan benar selama kehamilan, sehingga melahirkan bayi yang dengan berat badan rendah.

Baca juga: BKKBN: Kampung KB jaga mental remaja dari tingkat desa

"Untuk mengatasi persoalan tersebut perlu edukasi secara terus menerus kepada masyarakat agar mereka memahami pentingnya pendewasaan usia perkawinan, di mana bagi remaja putri 21 tahun dan pria 25 tahun. Pendewasaan median kawin pertama itu bagian dari pencegahan stunting," ujar dia.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023