"Tudingan-tudingan yang sebagain besar tidak benar itu sangat memojokkan. Sebagai produsen crude palm oil (CPO) terbesar dunia, Indonesia dan Malaysia merasa perlu melakukan konter bersama untuk menghindari gangguan perdagangan komoditi itu," tegasMedan (ANTARA News) - Indonesia dan Malaysia menyepakati menghimpun dana sebesar 500 ribu ero untuk membentuk dan membayar gaji juru bicara bersama yang bertugas mengkonter berbagai tuduhan miring dari lembaga swadaya masyarakat terhadap kebun dan produksi kelapa sawit di kedua negara. Penghimpunan dana itu disepakati pemerintah Indonesia dan Malaysia dalam pertemuan bilateral dalam rangka kerjasama komoditi kelapa sawit, kakao dan lada, di Medan, Selasa. Kesepakatan itu ditandatangani oleh Menteri Pertanian Indonesia Anton Apriyantono dan Menteri Industri Perladangan dan Komoditi Malaysi, Datu Peter Chin Fah Kui. Menteri Pertanian, Anton Apriyantono mengatakan, kesepakatan menunjuk konsulat internasional atau juru bicara perkelapasawitan Indonesia dan Malaysia itu dilatarbelakangi dengan masih gencarnya berbagai tudingan jelek yang dilontarkan berbagai LSM di dalam dan luar negeri. Tudingan itu antara lain menyebutkan pengusaha kebun kelapa sawit merusak lingkungan mulai dari penimbulan asap, kepunahan satwa langka hingga hutan gundul dan musibah banjir. Bahkan ada tudingan minyak sawit tidak bagus untuk konsumsi karena mengandung kadar lemak tinggi dan termasuk zat pewarna. "Tudingan-tudingan yang sebagain besar tidak benar itu sangat memojokkan. Sebagai produsen crude palm oil (CPO) terbesar dunia, Indonesia dan Malaysia merasa perlu melakukan konter bersama untuk menghindari gangguan perdagangan komoditi itu," tegas Mentan, usai penandatanganan kerjasamasa bilateral itu. Selama ini, Indonesia dan Malaysia melakukan konter masing-masing dan ternyata tidak efektif untuk menekan berbagai isu negatif yang dilontarkan LSM. Menteri Industri Perladangan dan Komoditi Malaysia, Datu Peter Chin Faj Kui mengatakan, Indonesia dan Malaysia yang merupakan dua negara produsen CPO terbesar dunia harus banyak melakukan kerjasama dalam komoditi ini. Kerjasama akan lebih menguntungkan ketimbang berjalan secara sendiri-sendiri di tengah ketatnya persaingan dan adanya kekhawatiran CPO akan menguasai pasar kebutuhan minyak nabati di pasar internasional, katanya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006