Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Taufiequrachman Ruki, mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak khawatir dengan melambatnya penyerapan belanja di APBN 2006, karena sikap kehati-hatian para penyelenggara negara dan pemerintahan. "Tadi diskusi dengan Presiden, dan beliau katakan tidak mempersoalkan tentang melambatnya penyerapan APBN, kalau itu terjadi karena sikap berhati-hati," kata Ruki, seusai bertemu Presiden di Kantor residen Jakarta, Selasa. Menurut Ruki, Presiden bahkan mengatakan dari analisanya kelambatan ini justru bisa menyelamatkan APBN dari tindakan korupsi. "Dari hasil analisa beliau sebagai Kepala Negara, sudah hampir mencapai 20 persen APBN yang bisa diselamatkan dari kemungkinan di korupsi. Wah saya senang sekali, karena ada pencegahan terjadinya korupsi karena ada kehati-hatian yang mengemuka," katanya. Ruki juga mengemukakan Presiden tidak terpengaruh dengan isu-isu yang muncul seolah-olah gencarnya pemberantasan korupsi telah membuat penyerapan belanja APBN menurun dan membuat sektor riil tidak jalan. Dijelaskannya saat ini ada semacam disentif atau penyesatan dalam upaya pemberantasan korupsi dengan melontarkan berbagai isu, seperti penyerapan APBN turun karena gencarnya pemberantasan korupsi, yang membuat penjabat banyak yang tidak mau jadi pimpro dan isu sektor riil tidak jalan karena kredit tidak mengucur akibat banyaknya kredit bermasalah yang dipersoalkan sebagai korupsi. "Saya senang karena Presiden tidak memiliki persepsi seperti itu," katanya. Ketika ditanya lebih lanjut mengenai angka 20 persen itu, Ruki mengatakan tidak tahu bagaimana hitungannya dan hanya itu yang dikatakan Presiden. "Saya tida tahu dari mana angkanya, tetapi beliau katakan ada perhitungan 20 persen dana APBN sudah terselamatkan dari kemungkinan korupsi. Biar BPS yang mencatatnya," katanya. Ruki juga mengatakan melihat hal yang positif dengan melambatnya daya serap ini, karena saat ini ada rasa takut yang mulai tumbuh di antara penyelenggara negara dan pemerintahan. "Memang ada 1 - 2 pejabat yang nekat, tetapi cepat atau lambat akan ketahuan. Yang saya lihat ada kehati-hatian, ketelitian dan ketakutan. Saya kira sebagai sebuah titik awal itu bagus," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006