Ini kasus memalukan, NKRI menjadi tercoreng. Pemerintah tidak berwibawa menghadapi kasus ini."
Jombang (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Sirodj mengadakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia tercoreng dengan kasus pengusiran warga Syiah yang tinggal di Madura.
"Ini kasus memalukan, NKRI menjadi tercoreng. Pemerintah tidak berwibawa menghadapi kasus ini," katanya saat ditemui di pembukaan Jambore Nasional "Perkemahan Wirakarya Maarif NU Nasional (Perwimanas)" di bumi perkemahan Ponpes Babussalam, Kalibening, Mojoagung, Jombang, Jawa Timur, Senin.
Ia mengaku menyesalkan dengan pengusiran warga Syiah dari tempat mereka tinggal selama ini. Mereka sudah meninggalkan rumah dan ditampung di tempat penampungan, tapi hanya karena pengaruh dari oknum-oknum tertentu, mereka diusir dari tempat itu.
Padahal, selama ini warga Indonesia dikenal dengan perilakunya yang baik. Bahkan, di Madura khususya Sampang, banyak warga Nahdlatul Ulama. Di organisasi ini tidak pernah dikenal ajaran yang merugikan orang lain.
"NU mengajarkan prinsip-prinsip tasamuh dan tidak ada ajaran mengusir. Bahkan, di sana (Sampang) toleransi cukup terjaga. Ada sekitar 20 gereja berdiri di sana," katanya mengungkapkan.
Pihaknya khawatir masalah pengusiran paksa warga Syiah ini menjadi citra yang buruk bagi warga di Indonesia terutama muslim. Terlebih lagi, jika sampai didengar sampai di luar negeri, tentunya akan menjadi citra buruk.
Ia juga meminta, warga Syiah diperlakukan dengan lebih manusiawi lagi. Terlebih lagi, relokasi itu dilakukan tidak permanen dan hanya bersifat sementara, tanpa ada kejelasan lebih lanjut tentang nasib mereka.
"Ini tentunya memerlukan proses dan waktu yang panjang. Kami berharap, masing-masing sadar dan bisa ada jalan keluar," katanya.
Sebanyak 162 warga Syiah direlokasi ke Rumah Susun (Rusun) Puspa Agro, Desa Jemundo, Kecamatan Taman, Sidoarjo setelah sebelumnya mereka tinggal di Gelanggang Olah Raga (GOR) Sampang pada awal pekan lalu.
Namun, Gubernur Jawa Timur Soekarwo membantah tudingan adanya pengusiran paksa para pengungsi Syiah dari Gelanggang Olah Raga (GOR) Sampang ke lokasi penampungan di Sidoarjo, tersebut. Ia beralasan, relokasi itu atas permintaan warga sendiri melalui Iklil, salah satu tokoh Syiah yang ingin mencari kehidupan lebih manusiawi.
Dalam permintaan itu, Soekarwo mengatakan jika warga Syiah menginginkan suatu kehidupan keluarga yang normal. Ia menyebut, berada di GOR Sampang sebagai pengungsi tentu kehidupan tidak berjalan normal. Padahal, pada prinsipnya suatu keluarga yang normal terdapat rumah, tempat tidur, maupun tempat mengaji.
Namun, pihaknya juga belum bisa memastikan sampai kapan warga akan tinggal di tempat baru itu. Untuk saat ini, masalah tempat tinggal termasuk logistik masih dibantu pemerintah. (FQH/Z003)
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013