Jakarta (ANTARA News) - Imam Tauhid Ragananda tak kuasa melepas kegembiraannya saat menang telak 8-0 atas karateka Malaysia, Rajakumar Govinash, pada babak final Kejuaraan WKF Karate 1 Premier League yang digelar di Istora Senayan, Minggu (23/6).
Ia langsung menghampiri ayahanda Hermansyah Monginsidi, yang telah mengenalkan karate sejak ia berumur enam tahun.
"Setengah hidup di karate sama papa," ujar Imam yang tak bisa menyembunyikan rona kebahagiaannya.
Kemenangan atlet asal Salatiga, Jawa Tengah itu, memastikan Indonesia sebagai juara umum pada Kejuaraan WKF Karate 1 Premier League 2013.
Dan kemenangan ini juga menjadi gelar perdana Imam dalam level kejuaraan dunia. Imam, yang bermain di kategori kumite individu putra senior -60 kg tampil habis-habisan sejak awal pertandingan. Ia sudah ditantang oleh atlet Hong Kong Law Chin Pang yang tanpa diduga cukup membuat perlawanan. Ia mampu menghalau hadangan Law Chin Pang dengan nilai 10-2.
Ia kembali ditantang oleh musuh bebuyutannya, Lakanathan Kunasilan asal Malaysia. Tanpa disangka, ia menang telak 8-0.
"Itu babak paling sulit tetapi saya juga tidak mengira bisa menang lumayan telak. Saya memang menikmati pertandingan dari awal. Saya coba sabar," ujar pemegang sabuk Dan 2 itu menuturkan kunci kemenangannya.
Di luar dugaan, tim karate Indonesia berhasil mencatatkan diri sebagai juara umum Kejuaraan WKF Karate 1 Premier League yang berlangsung di Istora Senayan pada 22-23 Juni 2013.
Indonesia bagai hujan medali dengan mengantongi empat medali emas, empat medali perak dan tujuh medali perunggu serta mematahkan ancaman negara-negara yang patut diwaspadai seperti Malaysia, Australia, dan Venezuela.
Malaysia hanya mampu membayangi Indonesia dengan tiga medali emas, tiga medali perak, dan lima medali perunggu. Sementara venezuela menyusul di posisi ketiga dengan perolehan dua medali emas dan empat medali perunggu.
Padahal PB Forki sebelumnya hanya menargetkan dua medali emas. Target ini memang tidak muluk-muluk mengingat pada kejuaraan dunia tahun lalu yang juga digelar di Jakarta, Indonesia hanya meraih satu medali emas nomor Kata beregu putra dan dua dari Kata beregu putri serta dari Kumite individu putra -60kg.
"Kami berharap nanti prestasinya bisa lebih meningkat lagi dari tahun sebelumnya," kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Fork Djafar E. Djantang, kepada Antara, Selasa (18/6) silam.
Di luar dugaan
Akan tetapi kejutan sudah terjadi sejak hari pertama ketika para karateka Indonesia menebar ancaman di berbagai nomor.
Hasilnya, tiga medali emas, dua medali perak, dan lima medali perunggu dalam genggaman yang juga membawa Indonesia untuk sementara memimpin peraihan total medali.
Indonesia mendapat medali emas pertama dari kategori Kata individu putra senior yang dipersembahkan oleh Faizal Zainuddin.
Faizal tampak meyakinkan saat menampilkan jurus suparinpei. Menurutnya, ia memang dalam kondisi fit sehingga bisa menampilkan atraksi terbaiknya yang akhirnya mampu mengungguli jurus kankusho dari lawannya Kaserer Thomas asal Austria.
Dengan perolehan nilai 4-1, Faizal merebut medali emas yang juga menjadi gelar perdananya di level kejuaraan dunia.
"Saya senang sekali karena ini emas pertama saya di kejuaraan dunia. Selain itu, saya juga menjadi tim Indonesia yang pertama menyumbang emas hari ini," kata Faizal, peraih medali emas SEA Games 2007, 2009, dan 2011.
Pundi-pundi medali bertambah di hari kedua. Indonesia melengkapi koleksi medali dengan meraih satu medali emas, dua medali perak, dan dua medali perunggu. Perolehan ini memastikan Indonesia menyabet gelar juara umum untuk pertama kalinya.
"Ini diluar dugaan. Tahun lalu hanya satu emas sehingga awalnya target realistis hanya dua emas. Ternyata hasilnya diatas target," kata Ketua Umum PB Forki, Hendardji Soepandji, Minggu.
Ia juga tidak menampik bahwa persaingan lebih kendur dengan absennya Iran dan Jepang.
"Itu memang pengaruh tetapi apapun itu, hasilnya Indonesia juara dunia," ujar Hendardji.
Masih perlu peningkatan
Dari hasil perolehan ini, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Fork Djafar E. Djantang menilai Timnas Indonesia telah mengalami banyak peningkatan setelah berlatih selama 14 bulan, sejak April 2012, dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi SEA Games Myanmar 2013 pada Desember mendatang.
"Jelas ada peningkatan ketika pemain andalan kita misalnya Christo Mondolu (Kumite -75kg) gagal dapat medali, ternyata Imam bisa muncul dan dapat emas. Ini bagus," jelas Djafar.
"Kita juga ada peningkatan dari segi teknik. Saat menghadapi karateka Malaysia yang dikenal unggul dalam moving, saat karateka kita diserang ternyata bisa menghindar," tambahnya.
Hal ini merupakan sinyal bagus peningkatan kualitas atlet pelatnas Indonesia. Seperti yang diutarakan Ketua Umum PB Forki, Hendardji Soepandji, kejuaraan ini juga dimanfaatkan sebagai seleksi akhir untuk menentukan Tim inti yang akan berlaga di SEA Games 2013.
PB Forki menurunkan 42 atlet dari 36 atlet yang masuk dalam Pelatnas ditambah atlet yang meraih juara ketiga pada kejuaraan Kasad Cup Februari lalu.
"Hasilnya memang memuaskan namun kami dari PB Forki tidak ingin cepat puas. Masih banyak yang harus ditingkatkan termasuk pendekatan sport science dan perbanyak turnamen agar pengalaman dan strategi bertanding atlet terus berkembang jelang SEA Games Myanmar Desember 2013," kata Hendardji.
Atlet yang mendapat medali emas, lanjut dia, sudah dipastikan akan masuk dalam tim inti. Namun selebihnya akan diputuskan pada rapat pleno yang digelar pekan depan oleh seluruh pengurus pusat PB Forki.
"Nanti tim inti akan menjalani uji coba di Jepang dan Eropa pada Oktober-November nanti," tambahnya.
Kompetisi demi kompetisi memang akan terus dijalani pelatnas karate agar harapan menjadi juara umum SEA Games nanti bisa terwujud. PB Forki bahkan menggelar pelatnas lebih awal dengan mencari dana sendiri dan dari bapak angkat Bank BRI yang mengucurkan dana Rp6 miliar dalam setahun karena menurut Hendardji jika menunggu dana dari pemerintah pelatnas tidak akan maksimal.
"Pada SEA Games nanti kami bertekad menjadi juara umum. Sekali tekad dicanangkan maka harus bisa direbut," ujarnya.
Pewarta: Monalisa
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013