Jakarta (ANTARA) - Bak peribahasa kecil-kecil cabe rawit, seorang gadis
setinggi 158 cm berambut ombre pirang dengan lincah memanjat tembok panjat tebing dalam babak kualifikasi awal nomor boulder & lead.di turnamen Kualifikasi Panjat Tebing Zona Asia atau IFSC Climbing Asian Qualifier 2023.

Gadis yang baru berusia 19 tahun itu bernama Sukma Lintang Cahyani . Seperti laba-laba, tangan dan kakinya bergerak cepat, berusaha memanjat dinding setinggi mungkin.

Tangannya sigap menopang tubuhnya agar bisa memanjat lebih jauh hingga ke puncak demi meraih nilai sempurna alias 100. Untuk menjaga daya cengkeram, berulang kali pula tangannya mengambil bubuk magnesium karbonat dari kantong bulat yang terpasang di punggungnya.

Kakinya sempat terlihat gemetar ketika menentukan ancang-ancang untuk menapakkan langkahnya agar tidak terpeleset. Kepalanya sibuk mendongak ke atas sambil memikirkan pijakan berikutnya.

Meskipun tidak sampai ke puncak, perjuangannya berbuah manis dengan membukukan skor 28.0 dan bertengger di ranking 11 pada babak kualifikasi awal. Capaian itu menambah poin boulder sebelumnya yang membuatnya masuk ke dalam jajaran atlet yang maju ke babak semifinal.

Meski usianya masih terhitung muda, ia sudah menjadi salah satu atlet yang menjadi tumpuan harapan Indonesia di sektor combined (boulder & lead) dalam cabang olahraga panjat tebing.

Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FTPI) Yenny Wahid mengatakan Sukma dan para atlet di sektor boulder & lead difokuskan untuk menaikkan peringkat dunia sehingga membuka jalan mewujudkan target FTPI, yaitu bisa bersaing dalam Olimpiade 2028 Los Angeles, Amerika Serikat.

Tak heran apabila Sukma dan kawan-kawan terus mengikuti berbagai kejuaraan demi memanjat lebih tinggi ke Olimpiade Los Angeles 2028.



Baca juga: Lintang Cahyani siap lebih cermat di semi final "boulder & lead"
Baca juga: Sukma Lintang bertekad memanjat lebih tinggi ke Olimpiade 2028


Berikutnya: Permulaan Sukma jatuh cinta dengan panjat tebing

Awal jatuh cinta dengan panjat tebing

Awal mula atlet asal DI Yogyakarta itu terjun ke dalam cabang olahraga panjat tebing karena pengaruh keluarganya.

Sambil mengusap keringatnya seusai bertanding, ia duduk dan mulai menceritakan kisahnya.

Ayahnya yang merupakan seorang anggota klub pecinta alam ketika SMA, menularkan kecintaannya dengan panjat tebing kepada Sukma dan kedua kakaknya. Kakak Sukma yang pertama juga dikenalkan dengan cabang olahraga tersebut ketika bersekolah di SMA 3 Padmanaba Yogyakarta.

Pada tahun 2014, saat berusia 10 tahun, ia sering ikut mengantar kakaknya berlatih. Lalu, oleh pelatih panjat tebing di tingkat kota yang bernama Omak Surajono atau yang lebih akrab disapa Mas Mate, ia ditawari ikut mencoba memanjat.

Beberapa bulan kemudian, Sukma dengan berani mengikuti lomba panjat tebing se-Jawa dan Bali dan berhasil meraih juara ketiga. Dari situlah ia mulai jatuh cinta dan bahkan "ketagihan" untuk menggapai juara dalam cabang olahraga yang di Indonesia mulai dimainkan pada tahun 1960 itu.

Sukma pun kian tekun berlatih. Benar saja. Usahanya dengan mengikuti latihan demi latihan serta berbagai kejuaraan tak mengkhianati hasil yang ia dapatkan.
Ia mendapatkan panggilan untuk berlatih di Pelatnas Tahun 2020 di Bekasi sebagai atlet profesional seusai dinyatakan lolos Seleksi Nasional (Seleknas) Atlet Junior Cabang Olahraga Panjat Tebing Tahun 2020 pada 9 November 2020.

Saat Seleknas yang berlangsung di Bekasi pada 19-24 Oktober 2020 itu, ada dua atlet junior DI Yogyakarta yang mengikuti Seleknas untuk kategori Junior U-15-17, yaitu Sukma Lintang Cahyani dan Ramaski Aswin Kristanto, Namun, hanya Sukma yang dinyatakan lolos dalam seleksi.

Kejuaraan pertama yang Sukms ikuti setelah mengikuti Pelatnas adalah Wali Kota Cup Jambi 2020. Sayangnya, ia belum menjadi juara dan hanya bisa sampai masuk babak final.

Tak patah arang, kekalahan itu menjadi penyemangat untuk betlatih lebih keras hingga ia berhasil mengukir gelar juara satu dari Kejuaraan Nasional Kelompok Umur (Kejurnas KU) Panjat Tebing XV Tahun 2021 di Aceh.

Perjuangannya terus berlanjut. Ia konsisten mengikuti berbagai kejuaraan di tingkat nasional lainnya, termasuk di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021.

Prestasi yang diraih di dalam negeri membuka kesempatan bagi Sukma untuk mengikuti kejuaraan tingkat internasional. Event Continental Championship di Korea Selatan pada 2022 adalah debut Sukma memanjat di luar negeri. Setelah itu ia mengikuti Kejuaraan Dunia Panjat Tebing di Bern, Swiss, pada 2023.

Berbekal prestasi yang menjanjikan di kejuaraan-kejuaraan yang diikutinya, Sukma pun dipercaya tampil mewakili Indonesia di Asian Games 2022 Hangzhou, sebagai debut pertamanya dalam kejuaraan tingkat Asia yang digelar empat tahunan tersebut.

Tak ketinggalan, Sukma juga tampil di berbagai pertandingan internasional yang digelar oleh Federasi Panjat Tebing Internasional atau International Federation of Sport Climbing (IFSC), termasuk pada kualifikasi tingkat Asia yang digelar pada 9-12 November 2023 di Jakarta.

Capaian peringkat dan jam terbang dari berbagai pertandingan tersebut pun dipupuk untuk melangkah ke fokus utama sesungguhnya, yaitu Olimpiade Los Angeles 2028.


Baca juga: Tim boulder & lead Indonesia maju ke semifinal IFSC Asian Qualifiers
Baca juga: FPTI fokus tingkatkan peringkat dunia atlet sektor combined
Baca juga: Kemenpora berikan pendampingan psikologis bagi atlet panjat tebing

Berikutnya: Sukma menuju Olimpiade 2028

Menuju Olimpiade 2028

Mengikuti Olimpiade Los Angeles 2028 adalah gol dari tim sektor combined Indonesia, termasuk bagi Sukma sendiri. Target yang ia pasang tidak muluk-muluk, yaitu menjadi finalis sehingga memiliki tiket tampil di Olimpiade tersebut.

Target itu bukan tanpa alasan. Menurutnya, Indonesia saat ini masih tertinggal jauh dari negara lain sehingga yang penting memantapkan langkah menjadi finalis terlebih dahulu. Menang atau tidaknya, bagi Sukma itu adalah persoalan rezeki yang sudah diatur Allah.

Hal yang terpenting baginya saat ini adalah menggali pengalaman sebanyak-banyaknya melalui kejuaraan. Dari keikutsertaannya itu, ia bisa memperbaiki kekurangannya yang dia akui ada di nomor boulder.

Sukma optimistis bisa memperbaiki kekurangan tersebut, dan di usianya yang masih muda, ia memiliki banyak kesempatan untuk meraih kemenangan di masa depan.

Tekad baja, ketekunan berlatih, belajar dari setiap pengalaman, dan kesempatan mengikuti berbagai turnamen internasional adalah modal Sukma untuk meningkatkan prestasinya di cabang olahraga panjat tebing, termasuk dalam sektor combined yang ia harapkan membawanya bisa tampil di Olimpiade.

Dengan bakat dan sikap profesionalnya, Sukma memang menawarkan harapan akan kejayaan cabang olahraga panjat tebing Indonesia, hingga ke depannya, bukan tidak mungkin timnas panjat tebing Indonesia bisa melayang tinggi menyeimbangi negara-negara lain, seperti Jepang, China, dan Korea Selatan.


Baca juga: Indonesia targetkan rebut tiket Olimpiade Paris di IFSC Asia Qualifier
Baca juga: Perburuan emas nomor speed relay Asian Games terkendala komunikasi
Baca juga: Indonesia raih perak speed relay putri Asian Games Hangzhou

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2023