Pada kebakaran hutan, api biasanya menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan..."
Jakarta (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa hingga saat ini masih tersisa 154 titik api (hotspot) dari kebakaran lahan dan hutan yang terjadi di Provinsi Riau.
"Berdasarkan hasil pantauan satelit pada Minggu (23/6) masih ada 154 titik api di Riau. Titik-titik api tersebut tersebar di beberapa wilayah," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat (Humas) BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Senin.
Dia mengemukakan, 154 titik api itu tersebar di Kabupaten Rokan Hilir sebanyak 40 titik, Kabupaten Pelalawan (35 titik), Kabupaten Siak (18 titik), Kabupaten Bengkalis (14) titik, Kabupaten Kampar (12 titik), dan 12 titik di Taman Nasional (TN) Tesso Nilo Riau.
"Pantauan terhadap titik api memang tidak dapat dilakukan secara realtime, namun itu merupakan hasil analisis pada tiap pagi dan sore hari yang kemudian diumumkan pada pukul 18.00 WIB," ujarnya.
Sutopo mengatakan bahwa luas lahan gambut di Riau yang telah beralih fungsi menjadi perkebunan adalah sekitar 3,9 juta hektar .
Kebakaran hutan dan lahan gambut, dikatakannya, merupakan kebakaran permukaan karena api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan, seperti serasah, pepohonan, dan semak-semak.
"Pada kebakaran hutan, api biasanya menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan atau biasa disebut ground fire. Api membakar bahan organik melalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar atau pohon yang bagian atasnya terbakar," ujar Sutopo.
Dalam perkembangannya, menurut dia, api menjalar secara vertikal dan horizontal berbentuk layaknya kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang tampak di atas permukaan, sedangkan bara api berada di bawah permukaan.
"Kedalaman letak bara api ada yang dalamnya hingga 10 meter dari permukaan. Itu tergantung pada tebalnya lapisan gambut," ucapnya.
Oleh karena itu, dia meminta semua pihak untuk bersabar karena kegiatan pemadaman kebakaran hutan dan lahan gambut seringkali mengalami banyak kesulitan akibat inti dari api kebakaran itu terletak di dalam tanah dan hanya asap yang muncul ke permukaan.
"Terlebih lagi akses menuju titik api sulit dijangkau. Jadi, bukan suatu hal yang mudah memadamkan titik api kebakaran lahan gambut di Riau," katanya.
Sebelumnya, Sutopo mengatakan, grafik harian titik api (hotspot) menunjukkan di Indonesia terjadi peningkatan jumlah titik api mulai 13 Juni 2013.
"Titik api di Indonesia mencapai lebih dari 200 titik sejak 18 Juni 2013 dengan rata-rata titik api per hari selama bulan Juni 2013 adalah 85 titik," ungkapnya.
Selanjutnya, dia menyampaikan provinsi yang memiliki titik api paling banyak selama Juni 2013 adalah Riau.
Jumlah titik api di Provinsi Riau mengalami peningkatan dari hari ke hari mulai 13 Juni 2013 dengan rata-rata per hari jumlah titik api sebanyak 54 titik.
"Selama tahun 2013 jumlah hotspot di Provinsi Riau selalu berada di atas provinsi lain di Sumatera. Pada Juni ini jumlah hotspot di Riau meningkat tajam terkait dengan pembukaan lahan perkebunan dan pekarangan warga masyarakat," katanya. (*)
Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013