bank sentral tidak yakin kalau suku bunga acuan sudah cukup tinggi untuk menurunkan inflasi ke target 2 persenJakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan sentimen terhadap nilai tukar rupiah yang melemah dipengaruhi adanya potensi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS).
“Gubernur bank sentral (Federal Reserve/The Fed) AS Jerome Powell dinihari tadi dalam panel diskusi IMF (International Monetary Fund) mengatakan bahwa bank sentral tidak yakin kalau suku bunga acuan sudah cukup tinggi untuk menurunkan inflasi ke target 2 persen,” kata dia ketika dihubungi Antara di Jakarta, Jumat.
Pernyataan tersebut menurunkan probabilitas suku bunga acuan The Fed ditahan dalam Federal Open Market Committee (FOMC) pada Desember 2023.
Menurut hasil survei CME FedWatch Tool, ada penurunan keyakinan dari investor bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga acuan di kisaran 5,25-5,5 persen dari 93 persen pada Kamis (9/11) menjadi 85,4 persen pada hari ini.
“Akibat pernyataan Powell tersebut, sentimen hindar risiko meninggi, indeks saham AS ditutup negatif dan indeks saham Asia bergerak melemah hari ini,” ujar Ariston.
Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah melemah sebesar 40 poin atau 0,26 persen menjadi Rp15.695 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.656 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat turut melemah ke posisi Rp15.693 dari sebelumnya Rp15.649 per dolar AS.
Di sisi lain, kenaikan data indeks penjualan retail dan proyeksi ekonomi Indonesia yang membaik dapat menahan pelemahan rupiah. Indeks penjualan retail naik 1,5 persen menjadi 201,1 dan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3 persen.
Baca juga: Analis: Proyeksi ekonomi Indonesia yang membaik tahan pelemahan rupiah
Baca juga: Rupiah pada Jumat pagi melemah jadi Rp15.695 per dolar AS
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023