Kota Kuwait (ANTARA News) - Rombongan terakhir pasukan Jepang yang ditarik dari Irak tiba di Kuwait, Senin, dan akan meninggalkan negara keemiran tersebut dalam waktu sepekan, kata Menteri Pertahanan Jepang Fukushiro Nukaga. Namun, sekitar 210 personel pertahanan udara Jepang, yang mengangkut barang-barang non-militer ke Irak dari pangkalan udara di Kuwait, akan tetap tinggal "dalam waktu tidak terbatas" di negara Teluk tersebut, kata Nukaga pada jumpa pers. "Hari ini, rombongan terakhir Pasukan Bela Diri darat tiba di Kuwait. Mereka akan menjalani prosedur tertentu dan pemeriksaan kesehatan selama sepekan dan kemudian akan pulang," kata menteri tersebut. Kelompok pasukan itu, yang terdiri dari 220 pesonel, merupakan bagian dari ratusan prajurit darat Jepang yang melakukan misi kemanusiaan dan pembangunan kembali di provinsi Muthanna, Irak selatan. Selama menjalankan misi di Irak, pasukan Jepang itu tidak menembakkan senjata mereka dan tidak ada korban di pihak mereka. Misi itu bergantung pada pasukan-pasukan Inggris dan Australia untuk perlindungan karena pasukan Jepang itu dilarang menggunakan kekuatan. Nukaga mengatakan, pasukan Jepang "berhasil" menyelesaikan misi kemanusiaan mereka di Irak yang mencakup pembangunan kembali sekolah, jalan sepanjang 100 kilometer dan pemasangan mesin penyaringan air. "Memberikan bantuan kemanusiaan dan melaksanakan pembangunan kembali merupakan tujuan utama pasukan Jepang, sementara menjaga keamanan merupakan tujuan kedua," kata Nukaga. Perdana Menteri Junichiro Koizumi memerintahkan 600 prajurit Jepang meninggalkan Irak pada 20 Juni setelah PM Irak Nuri al-Maliki mengumumkan bahwa pemerintahnya akan memikul tanggung jawab bagi keamanan di provinsi tersebut. Nukaga mengatakan, personel pertahanan udara Jepang itu akan tetap berada di Kuwait "untuk mendukung pasukan multinasional dalam memperbaiki kondisi hidup rakyat Irak". Namun, ia menekankan bahwa pasukan pertahanan udara itu "tidak akan mengangkut senjata dan amunisi".(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006