Minimal bisa tetap setara seperti saat BBM belum naik..."

Bekasi (ANTARA News) - Sejumlah nelayan di pesisir laut Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, menyiasati kerugian akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dengan menjalani pekerjaan sampingan.

"Ada yang mencari tambahan penghasilan dari memulung sampah plastik, menjadi supir ojek, dagang, dan lainnya," kata koordinator nelayan Tarumajaya, Sudarsono, di Cikarang, Minggu.

Menurutnya, kenaikan harga BBM pada Jumat (21/6) langsung memberikan dampak negatif pada sebagian besar nelayan tradisional di wilayah setempat.

"Kenaikan harga BBM bukan hanya berpengaruh pada meningkatnya biaya operasional melaut, tetapi juga berdampak pada lonjakan harga kebutuhan pokok," katanya.

Menurut dia, kenaikan harga kebutuhan pokok yang harus ditanggung keluarga nelayan pascakenaikan harga BBM berkisar Rp1.000 hingga Rp5.000.

"Selama ini saja, hasil tangkapan nelayan belum tentu bisa menutupi biaya operasional. Apalagi saat cuaca buruk seperti saat ini," katanya.

Menurutnya, satu-satunya solusi mengatasi kesulitan keuangan adalah dengan bekerja sampingan.

"Dengan mengojek atau menjual sampah plastik, penghasilan mereka bisa bertambah rata-rata 15 hingga 20 persen. Minimal bisa tetap setara seperti saat BBM belum naik," katanya.

Setiap kali melaut, kata dia, kapal membutuhkan 300 liter solar serta sejumlah biaya operasional lainnya dan kebutuhan makan minum para nelayan.

"Sekali melaut, setiap kapal mengeluarkan biaya operasional dan biaya lain-lain antara Rp2,5 sampai Rp3 juta. Sedangkan, penghasilan yang mereka peroleh dari hasil tangkapan hanya berkisar antara Rp3 juta sampai Rp3,5 juta," ujarnya.

Menurut Sudarsono, hasil yang didapatkan tersebut belum memberikan keuntungan bagi nelayan, karena harus membayar sejumlah upah bagi para pekerja yang membantu mereka saat melakukan aktivitas di laut.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013