Yogyakarta (ANTARA News) - Gempa tektonik berkekuatan 6,8 Skala Richter (SR) yang berpusat di Samudera Hindia dan membawa korban lima tewas di kawasan Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin petang, tidak terkait dengan kejadian sejenis di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya pada 27 Mei 2006. "Masing-masing gempa itu independen, yang satu pusat gempanya di daratan, sedangkan yang satunya lagi bersumber di bawah laut," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Yogyakarta, Tyar Prasetyo kepada ANTARA News, Senin malam. Ia menyebutkan, pusat gempa Pangandaran yang berada di bawah laut termasuk daerah punjaman yang berpotensi menimbulkan tsunami (gelombang pasang air laut pasca-gempa). "Apalagi gempanya berkekuatan 6,8 Skala Richter," katanya. Menurut dia, gempa Pangandaran berhubungan dengan pergeseran lempeng Australia yang mendekati lempeng Eurasia, yang mencapai rata-rata tujuh sentimeter per tahun. Ia menjelaskan, kawasan pantai selatan yang berbentuk huruf V (semacam teluk) memiliki tingkat bahaya paling tinggai apabila dilanda tsunami. Selain Pangandaran, ia mengemukakan, tsunami juga memporakporandakan sejumlah pantai lain, seperti Cilacap dan Kebumen di Jawa Tengah, serta Pantai Samas dan Parangtritis di DIY. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006