Dulu Nabi Muhammad SAW di masjid melakukan politik keumatan atau istilahnya sekarang high politics, tidak terkait dengan perbedaan kepentinganJakarta (ANTARA) - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan masjid adalah tempat membicarakan politik untuk persatuan umat dan tidak terkait dengan perbedaan kepentingan atau high politics.
"Dulu Nabi Muhammad SAW di masjid melakukan politik keumatan atau istilahnya sekarang high politics, tidak terkait dengan perbedaan kepentingan, dan justru sebaliknya mempersatukan perbedaan dari berbagai kabilah di sana," kata Menag Yaqut dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) di Jakarta, Rabu malam.
Baca juga: Menag: Jangan sampai masjid digunakan untuk politik elektoral pemilu
"Ketika melakukan konsolidasi politik di masjid, justru terjadi pengkotakan. Ini tidak boleh kita biarkan," ucap Menag Yaqut.
Ia mengungkapkan aktivitas politik di masjid saat ini sering dikaitkan dengan aktivitas Nabi Muhammad SAW saat membangun peradaban di Madinah dengan berpolitik di masjid pada zaman dahulu.
Baca juga: Ketua DMI Jusuf Kalla serukan pengembangan fungsi masjid
"Jadi bapak ibu sekalian harus bisa menjelaskan beda Nabi membangun peradaban dengan berpolitik di masjid pada zaman dahulu, dengan yang ada pada tahun politik ini," ujarnya.
Selain itu Gus Men menyebutkan masjid seharusnya bukan hanya dijadikan sebagai tempat ibadah, tapi juga kegiatan yang berkaitan dengan kesejahteraan umat, seperti aktivitas ekonomi dan sosial.
Baca juga: DMI: Masjid di Surabaya mesti miliki fungsi pemberdayaan ekonomi umat
Pewarta: Sean Muhamad
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023