Manado (ANTARA) -
Ketua Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Sulawesi Utara dr Devi Kandouw-Tanos MARS mengatakan remaja dapat menjadi agen perubahan dalam membiasakan pola hidup sehat mencegah penyakit jantung.
"Penyakit jantung masih merupakan penyakit pembunuh nomor satu di dunia, yang kadang kala kita tidak tahu, tiba-tiba terjadi serangan penyakit jantung," kata Devi pada sosialisasi kesehatan jantung bagi remaja sebagai agen perubahan di Manado, Rabu.
Baca juga: YJI: perlu dukungan kuat tekan penyakit jantung
Sosialisasi seperti ini, kata dia, akan terus dilalukan di semua kabupaten dan kota di Sulut sebagai kelanjutan dari kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh yayasan jantung pusat dan diadakan di Provinsi Sulawesi Utara sebagai pilot project beberapa minggu yang lalu.
Kegiatan ini, menurut dia, mempunyai peran penting untuk mengedukasi para remaja.
"Remaja menurut Kementerian Kesehatan itu berusia antara 16 tahun sampai dengan 30 tahun. Di Indonesia usia seperti ini dikatakan remaja dan pemuda," ujarnya.
Baca juga: Perempuan diingatkan perannya dalam menjaga kesehatan jantung
Dia mengatakan, populasi usia remaja dan pemuda di Indonesia diperkirakan sebanyak 66,3 juta orang dari total populasi penduduk Indonesia sekitar 280 juta jiwa.
"Remaja dan pemuda yang termasuk dalam 66,3 juta ini diharapkan bisa menjadi agen perubahan untuk hidup sehat bagaimana menjaga kesehatan jantung," katanya.
Devi menambahkan, ada remaja berusia 23 tahun sudah terkena serangan jantung, dan penyebabnya bukan karena bawaan tetapi karena gaya dan pola hidup yang tidak sehat.
"Usai kegiatan ini, ketika adik-adik semua yang hadir kembali lagi ke sekolah masing-masing bisa mentransfer ilmu yang didapat untuk teman-teman," ujarnya.
Baca juga: Dokter: Stres dapat meningkatkan risiko penyakit jantung
Ke depannya, kata dia, di setiap sekolah akan dibentuk KJSR dan akan dilombakan senam jantung sehat.
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023