Yerusalem (ANTARA News) - Sejumlah roket tembakan pejuang Hizbullahdi Libanon, Senin menghantam kota Haifa, Israel utara, tapi belum ada laporan tentang korban jiwa atau kerusakan. Roket itu merupakan bagian dari rangkaian serangan baru, yang dilancarkan Hizbullah atas Israel utara. AFP dan Reuters melaporkan, Jurubicara layanan ambulans Magen David Adom menyatakan sembilan orang cedera akibat serangan roket itu. Satu roket Hizbullah hari Minggu menewaskan delapan pekerja kereta rel di Haifa. Serangan maut semacam itu belum pernah terjadi di kota tersebut. Perdana Menteri Israel Ehud Olmert menyatakan serangan atas kota ketiga terbesar Israel itu akan berakibat sangat jauh. Tiga orang cedera di desa Talil pada Senin pagi sesudah lebih dari selusin roket, yang ditembakkan melinatsi perbatasan dari Libanon, untuk pertama kali mencapai kota Arab Afula dan Nazaret. Sejumlah 12 warga Israel tewas akibat serangan roket pejuang Hizbullah, termasuk delapan di Haifa, Minggu itu. Dokter Israel menyatakan lebih dari 12 orang juga cedera di Haifa. Kota itu diserang oleh sedikit-dikitnya lima roket, termasuk satu menghantam stasiun kereta api. Hizbullah mengaku bertanggungjawab atas serangan roket itu, yang menurut mereka untuk membalas pembunuhan warga oleh Israel dan perusakan prasaranaLibanon.Sebelum serangan terhadap Haifa itu, Hizbullah menembakkan sekitar 700 roket ke sejumlah kota di Israel utara, menewaskan empat warga Israel, sejak serangan lintas batas mereka hari Rabu, tempat kelompok itu menangkap dua tentara Israel dan menewaskan delapan lagi. Serangan bom Israel paling menghancurkan sejak serbuan tahun 1982 untuk mengusir pejuang Palestina. Israel menyatakan Libanon harus melaksanakan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menetapkan perlucutaan senjata pejuang Hizbullah, kelompok Syiah bentukan tahun 1982 untuk memerangi pendudukan Israel, yang sudah berlangsung 22 tahun. Tapi, pemerintah Beirut, yang dipimpin gabungan anti-Suriah, tidak bersatu dan tidak berdaya menangani Hizbullah, satu-satunya unsur Libanon, yang tetap menguasai senjata setelah perang saudara 1975-1990.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006