Jenewa (ANTARA) - Lebih dari 11.000 orang, atau sekitar 0,5 persen dari total populasi di Jalur Gaza, dilaporkan tewas di wilayah tersebut, dengan rata-rata 160 anak meninggal setiap hari di sana.
Perihal itu disampaikan oleh seorang pejabat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (7/11).
Sejauh ini, 16 tenaga kesehatan tewas saat bertugas, dan WHO sedang berupaya untuk mendukung para tenaga kesehatan di Gaza dan kembali memohon untuk keselamatan mereka, kata Juru Bicara WHO Christian Lindmeier dalam sebuah konferensi pers.
Lindmeier mengatakan 102 serangan terhadap fasilitas kesehatan tercatat di Gaza, sementara 121 serangan lainnya terjadi di Tepi Barat dan 25 serangan di Israel.
Menurut dia, saat ini 14 rumah sakit di Gaza tidak beroperasi akibat krisis bahan bakar atau kerusakan.
Pada saat yang sama, tidak ada hal yang dapat menjustifikasi kengerian yang dialami warga sipil di Gaza, yang membutuhkan air, makanan, dan perawatan kesehatan, dan tingkat kematian serta penderitaan yang mereka hadapi sungguh tak terbayangkan, kata Lindmeier menekankan.
Selasa (7/11) menandai satu bulan sejak serangan mendadak Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober lalu. Pejabat WHO itu mengatakan warga di Israel merasa takut dan mencemaskan nasib dari 200 lebih orang yang disandera oleh kelompok Hamas.
Untuk itu, dia menegaskan kembali seruan untuk secepatnya membebaskan seluruh sandera, yang banyak di antaranya membutuhkan perawatan medis mendesak.
Sementara itu, Juru Bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UNOCHA), Jens Laerke, mengatakan kepada awak media bahwa sebanyak 561 truk telah memasuki Gaza sejak 21 Oktober, namun tidak ada satu pun yang membawa bahan bakar akibat larangan dari otoritas Israel.
Alessandra Vellucci, Direktur Layanan Informasi PBB di Jenewa, mengatakan dalam konferensi pers bahwa lebih dari 1,5 juta orang di Gaza mengungsi, dan hampir separuhnya berlindung di fasilitas-fasilitas PBB.
Gaza mengalami situasi kemanusiaan yang sangat mengerikan, dengan minimnya rumah sakit yang beroperasi dan sejumlah serangan terhadap fasilitas kesehatan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023