"Kami selalu memantau kualitas udara akibat kebakaran hutan dan lahan di Riau terutama di sekitar Chevron," ujar Manajer Komunikasi PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) Tiva Permata, di Pekanbaru, Sabtu.
Langkah itu diambil untuk keselamatan para pekerja Chevron, lingkungan hidup dan daerah operasional perusahaan.
Perusahaan migas asal Amerika Serikat itu memiliki kontrak dengan pemerintah untuk mengelola Blok Siak yang berada di Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan Hilir yang menghasilkan minyak 2.000 barel per hari.
Kemudian mengelola Blok Rokan yang terdapat di lima daerah Riau yakni Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Rokan Hilir yang mampu menghasilkan minyak mentah sekitar 338.600 barel per hari pada tahun lalu.
Untuk mendapatkan minyak, maka lapangan minyak harus di bor dan dijadikan sumur. Sedangkan hasilnya berupa minyak mentah disalurkan dengan menggunakan pipa besi dengan tekanan tinggi yang melintasi lahan gambut dan perkebunan sawit.
"Secara teratur kami memonitor kondisi udara di semua daerah operasi sebanyak tiga kali sehari dan melaporkan ke pihak terkait, baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi. Hal itu dilakukan untuk menjadi perhatian dan melakukan tindakan yang diperlukan," ucapnya.
Wakil Gubernur Riau Haji Raja Mambang Mit sehari sebelumnya mengatakan, luas lahan yang terbakar di tiga kabupaten/kota yang masuk wilayah provinsi itu hingga Jumat kurang lebih 3.700 hektare.
"Tiga daerah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura itu, yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Kota Dumai, dan Kabupaten Bengkalis," katanya.
Kebakaran hutan dan lahan di tiga kebupaten/kota itu yang paling parah, sehingga Riau dikenal sebagai provinsi di Pulau Sumatera yang mengekspor asap karena paling banyak ditemukan hot spot atau titik panas di lahan yang terbakar.
Pewarta: Muhammad Said
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013