Kondisi udara yang berasap tebal di Dumai menyebabkan meningkatnya risiko keselamatan bagi penerbangan sehingga sejak kemarin pendaratan pesawat carter Chevron dipindah ke Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim,"

Pekanbaru (ANTARA News) - Tutupnya Bandara Pinang Kampai Dumai membuat pesawat milik Pelita Air yang dicarter oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) terpaksa mendarat di Pekanbaru sehingga tidak mengganggu operasional para pekerja di perusahaan migas tersebut.

"Kondisi udara yang berasap tebal di Dumai menyebabkan meningkatnya risiko keselamatan bagi penerbangan sehingga sejak kemarin pendaratan pesawat carter Chevron dipindah ke Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim," ujar Manajer Komunikasi CPI Tiva Permata di Pekanbaru, Jumat.

Terhitung per 19 Juni, Bandara Pinang Kampai Dumai menghentikan operasional bandara sehingga tidak lagi melayani transportasi udara yang dilayani Pelita Air dengan rute Jakarta-Dumai-Jakarta hingga 7 Juli karena asap yang tebal.

Dalam sepekan, kata Tiva, pesawat perusahaan yang disewa Chevron akan terbang dari Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta ke Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim Pekanbaru dan kembali lagi ke Jakarta pada siang hari.

Pihaknya mencarter pesawat Pelita Air untuk terbang selama lima kali dalam sepekan.

"Pesawat akan menerbangi Pinang Kampai apabila kondisi sudah memungkinkan," ucapnya.

Otoritas Bandara Pinang Kampai Dumai bersama maskapai Pelita Air dan Sky Aviation menghentikan sementara penerbangan karena jarak pandang pilot terganggu kabut asap tebal kebakaran hutan dan lahan.

Kepala Bidang Perhubungan Udara Dinas Perhubungan Dumai Irawan Sukma mengatakan bahwa kedua maskapai tersebut belum akan melayani penerbangan hingga kebut asap mulai berkurang.

"Situasinya mengkhawatirkan dan bisa mengancam keselamatan penerbangan," katanya.

Kondisi kabut asap tebal saat ini tidak memungkinkan pesawat untuk terbang karena jarak pandang udara sangat pendek yang akan mengancam keselamatan penerbangan.

Saat itu jarak pandang pilot tidak normal, yaitu berkitar antara 500 meter dan 700 meter, padahal normalnya 2.000--2.500 meter.
(M046/D007)

Pewarta: Muhammad Said
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013