Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai relokasi warga Syiah dari Sampang, Madura ke Sidoarjo, Jawa Timur, bukan langkah tepat untuk menyelesaikan persoalan konflik antarwarga berlatar belakang keyakinan tersebut.
"Relokasi ke luar Sampang bagi penganut aliran Syiah kami nilai sebagai langkah yang tidak tepat, dan bukan jalan keluar permanen," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Kantor PBNU, Jakarta, Jumat.
PBNU mendesak pemerintah Kabupaten Sampang, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan Pemerintah Pusat segera menyusun langkah-langkah terencana untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Namun, mengingat relokasi sudah dilakukan, maka menurut PBNU langkah itu harus dimaknai sebagai penyelamatan korban yang bersifat sementara.
PBNU mendesak agar pelayanan kepada penganut aliran Syiah di lokasi penampungan yang baru yakni di rumah susun sewa Puspa Agro, Jemundo, Sidoarjo jauh lebih baik dan lebih manusiawi dari tempat penampungan sebelumnya di GOR Sampang.
PBNU juga berharap semua pihak melakukan upaya rekonsiliasi agar kedua pihak yang berselisih bisa hidup damai di kampung-kampung mereka.
"PBNU yakin para ulama dan kiai serta masyarakat Madura adalah orang-orang bijak, lapang dada, dan tasamuh," tukas Said Aqil.
Dalam catatan PBNU, masyarakat Madura pada dasarnya toleran, terbukti ada sekitar 20 gereja dan rumah ibadah agama lain yang selama ini aman-aman saja.
Oleh karena itu, PBNU mewanti-wanti agar masing-masing pihak di dalam mendakwahkan ajaran keyakinannya lebih mengutamakan ketertiban lingkungan, kultur lokal, dan menghindari materi dakwah yang menjelek-jelekkan kelompok lain.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013